Awas Banyak Typo:!
Seorang gadis berkacamata pink melirik gusar bangku yang berada di sampingnya. Kenapa Naisila belum datang juga? Tidak biasanya gadis itu datang terlambat.
Dera memperhatikan jam dinding yang berada di atas papan bor, di bawah bingkah foto Presiden. 5 menit lagi bel masuk berbunyi. Sampai saat ini, gadis itu belum juga datang, apa ia kesiangan? Atau, sedang menghindari dirinya?
Gadis itu menelangkupkan kedua tanggannya di atas meja. Di susul kepala yang di tundukan hingga dahinya menyentuh tangan. Ia memejamkan matanya. Gadis itu langsung mengangkat kepalanya ketika mendengar suara kursi yang berada di sampingnya itu begerak. Ia memperhatikan Naisila yang sedang mengambil buku di dalam tas.
"Nai."
Naisila menoleh ke arah Dera yang baru saja memanggilnya. "Kenapa?"
Dera menatap heran ke arah Naisila. Kenapa sikap gadis itu terlihat biasa saja. Bukannya kemarin Dia terlihat seperti menahan marah?
"Gua mau jelasin kejadian kemarin," ungkap Dera sambil menatap mata Naisila.
"Kejadian apa?"
"Kemarin."
Naisila tersenyum ke arah Dera. "Gak perlu," ucapnya sambil menggelengkan kepala.
"kenapa?" tanya Dera heran.
"Bukan urusan Nai." Gadis itu mengalihkan pandangan ke arah depan.
"Tapi ini penting Nai," tegas gadis itu.
Naisila menghela napas. Ia memberanikan menatap manik mata Dera. "Nai gak mau tau. Katena itu urusan Dera sama Langit. Gada hubungannya sama Nai, Yang jelas, Nai bakalan jauhin Langit buat Dera."
Dera terdiam. Gadis itu tidak bisa merespon ucapan Naisila. Kenapa ia menjadi terasa kaku untuk berbicara? Padahal Dera sudah berniat untuk menjelaskannya pada Gadis itu. Perasaan Dera kali ini tak katuan. Ia merasa bersalah karena telah ikut campur dengan masalah ini.
Hingga bel istirahat berbunyi pun, kedua gadis yang duduk satu meja itu tidak saling berbicara satu sama lain. Mereka sama-sama bungkam. Dera melirik Naisila yang sedang membereskan bukunya. Gadis itu terlebih dahulu mencekal tangan Naisila sebelum gadis itu berdiri. Naisila mengerutkan alis ketika temannya itu menatapnya tajam.
"Dengerin penjelasan dulu Nai," ujar Dera.
Naisila menggeleng. "Engak mau, lepasin tangannya Nai. Nai mau ke kantin soalnya."
"kantin? Sama siapa? Emangnya lo gak bawa bekal?" Dera mendorong Naisila dengan berbagai pertanyaan.
Bukannya gadis itu tidak pernah mau ke kantin. Bahkan ketika ke sana pun harus dipaksa terlebih dahulu.
"Nai di ajak Gaga. Duluan ya Dera." Naisila kemudian melepaskan cekalan tangan Dera. Gadis itu kemudian berdiri dan meninggalkan Dera yang menatap sedu gadis itu.
Kenapa sikap Naisila gadis itu menjadi aneh. Dan kenapa juga, Naisila seperti enggan sekali untuk membicarakan kejadian kemarin. Apakah gadis itu merasa kecewa padanya?
Setelah Naisila keluar kelas. Tangan gadis itu terlebih dahulu di tarik paksa oleh Arsila. Gadis itu menyeret tangan Naisila menuju ke taman belakang. Naisila yang merasa kaget pun hanya bisa mengikuti temannya itu.
••••
Arsila menghempaskan tangan Naisila begitu kencang. Gadia itu merasa kaget dengan perlakuan Arsila, tidak biasanya gadis itu bersikap kasar padanya. Hati gadis itu merasakan hal yang tidak mengenakan, ia merasa bahwa Arsila terlihat sedang marah padanya. Apakan ia berbuat pernah berbuat kesalahan pada gadis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
NAISILA [SEGERA TERBIT]
Fiksi RemajaNote: Cerita sudah END dan proses revisi Happy Reading♥ "Kita itu apa?" "Al Nanya sama Nai?" tanya Gadis itu begitu polos. "Terus sama siapa lagi? di sinikan cuma ada aku sama kamu," jawab laki-laki itu gemas. "Masa Al enggak tau! Kita itu manusia y...