Stefanie melepaskan jaket dan melipatnya di samping tempat tidur. Meski memiliki kamar kecil, keluarga Darwin memiliki ranjang yang cukup besar. Darwin memberinya bantal berbulu besar dan selimut halus besar. Dia bahkan menawarinya satu set piyama lengkap dari salah satu saudara perempuannya tetapi Stefanie menolak dan mengatakan dia lebih nyaman mengenakan pakaiannya sendiri. Seluruh anggota keluarga sudah terlelap mengingat keadaan rumah sudah terasa sunyi.
Jendela di kamar itu terbuka sehingga suara malam masuk ke dalam ruangan. Dia tidak menurunkan tirai membuatnya merasa lebih seperti di rumah.
Daniel biasanya juga tidak menurunkan tirai. Dia lebih suka dibangunkan sinar cahaya matahari pagi . Stefanie menutup mata menempelkan wajahnya ke bantal. Aneh rasanya tidak ada Daniel di sampingnya.
Dia mencoba berbaring, mengganti posisi yang berbeda. Untuk beberapa alasan, Stefanie mulai memikirkan teman lamanya. Mereka yang berasal dari semua sekolah yang pernah dia singgahi. Mereka semua masih berada tempat spesial di hati Stefanie. Tetapi dia tidak bisa menelpon mereka karena tidak memiliki nomornya . Status kakaknya membuatnya harus selalu menjaga jarak dengan teman-temannya . Tidak ada yang boleh mengetahui tentang Daniel. Stefanie bahkan tidak yakin siapa yang akan dipanggil sekolah jika terjadi sesuatu.
Stefanie mengeluarkan ponsel dari bawah bantal. Begitu menyala rentetan notifikasi langsung masuk ke ponselnya. Kali ini Daniel mengirimkan pesan untuknya. Untuk lebih spesifik dia mengirim 12 sekaligus. Stefanie menghela nafas dan membukanya.
- Kau dimana ?-
- Jawab Stacy -
-Apa kau naik taksi ? -
-Kau ada dirumah siapa ? -
-Apa kau baik baik saja? -
-Stacy ini serius !-
-Aku minta maaf karena bersikap bajingan, tolong jawab -
-Apakah kau bersama seseorang ?-
-Mengapa kau pergi tanpa mengatakan apapun ? -
-Demi apapun tolong jawab aku khawatir setengah mati -
-Aku sangat menyesal telah bersikap seperti itu. Seharusnya tidak terlalu keras padamu.-
-Jika kau tidak menjawab sebelum tengah malam, aku akan menjemputmu. -
Stefanie melihat jam digital di bagian atas layar . Sudah terlalu larut jika Daniel menjemputnya sekarang ,dia takut akan mengganggu keluarga Darwin. Stefaniepun menuliskan jawaban.
"Jangan datang. Aku di rumah Darwin. Aku akan kembali besok pagi."
Dia merasa tidak enak pada Daniel karena mengkhawatirkannya, tetapi ada sedikit perasaan menyenangkan mengetahui bahwa Daniel benar-benar peduli padanya.
Dia berguling dan menekankan kepalanya ke bantal. Sepertinya malam ini dia bisa tidur dengan tenang.....
Bayangkan saat kau membuka mata di pagi hari dan melihat wajah seseorang begitu dekat di hadapanmu .
Ya, itulah yang Stefanie hadapi saat bangun di kamar rumah Darwin. Lisa, adik bungsu Darwin menatapnya dengan jarak sekitar satu inci dari wajahnya. Stefanie hampir menamparnya karena berteriak kaget. Untung saja hal itu tidak terjadi .
Dia tidak menyadari sebelumnya tetapi mata kiri anak itu berwarna abu-abu sementara mata kanannya berwarna coklat. Dia memiliki rambut tebal di kepalanya, seperti anak dari negri dongeng. Dia pasti membuatnya takut ketika berteriak, karena Lisa mulai menangis di lantai. Tangisan kemarahan khas balita yang menusuk di telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Girl 🔞
DragosteVersi lebih rapi dan enak di baca ada di My Girl. Sengaja tidak diedit karena sudah ditulis ulang 😁✌️ karena mau hapus di larang oleh pembaca pertama 😂🤣 WARN ! : - ADULT ROMANCE - AGE GAP - SENSITIVE ISSUE - EXPLICIT Highest Ranks : #1 di kateg...