#14

2.8K 322 6
                                    

Aku menatap namja itu dengan tajam, sebab dia sudah memukul Guanlin tanpa ampun. Dengan penuh amarah, aku menghampiri namja itu. Aku menarik kerah bajunya dan memukul pipi dia yang halus.

"Kau berani-beraninya melukai sahabatku!!"

Aku memukulnya tanpa henti, seperti dia memukul Guanlin. Dia terjatuh dengan posisi terlentang sembari memegang perutnya. Aku menghampirinya sembari menginjak perutnya.

"Sekali lagi kau melukai orang-orang yang aku sayangi. Aku akan berbuat lebih dari ini" ujarku dingin.

Aku berlari menghampiri Guanlin yang pingsan. Aku langsung merengkuh tubuhnya, aku menangis dalam diam. Air mataku terus keluar, hingga mengenai wajah Guanlin.

"Ireona!! Ireona!!"

Suasana di taman hening, hanya suara tangisan dariku. Hingga suara seseorang membuatku berhenti menangis.

"Uljima..."

"Guanlin!!" Pekikku sembari memeluknya erat.

"Akh!! Ya!! Y/n jangan memelukku terlalu erat" ujar Guanlin sembari memukul tanganku.

Aku langsung melepaskan pelukannya. Dia pun duduk dan langsung menghadapku. Aku mengamatinya.

"Guanlin... Lukamu sudah tidak ada" ujarku sembari menunjuk wajahnya.

Dia meraba-raba wajahnya. Dia menepuk dahinya.

"Aku lupa. Aku kan bisa menyembuhkan luka sendiri" ujarnya.

"Dasar" ujarku sembari menyentil dahinya.

"Kajja kita ke kelas" ujarku sembari berdiri.

Aku dan Guanlin berjalan menuju kelas. Ternyata, mereka masih bermain. Aku dan Guanlin langsung berjalan menuju kelas. Aku merasakan ada yang mengikuti kami dari belakang.

Dan auranya sangat jelas bahwa itu adalah Vampire. Guanlin menuju ke kelas, sedangkan aku menuju loker untuk berganti bawahan. Aku berjalan sendiri menuju toilet, saat tiba di toilet samar-samar aku mendengar suara perempuan.

"T-tolong aku"
"Siapapun itu t-tolong aku"

Aku pun segera mencari sumber suara itu. Ternyata suara itu berasal dari gudang, aku mencoba untuk membukanya. Namun gudang itu terkunci.

Aku memikirkan cara untuk membuka gudang itu. Tak ada cara lain selain aku membuka paksa pintu gudang, aku mengambil posisi untuk membuka pintunya.

"Menjauhlah dari pintu. Aku akan mendobrak pintunya!!" Teriakku.

Aku berlari dan mendorongnya dengan paksa. Saat dorongan ketiga, aku berhasil membukanya. Aku mencari sesosok perempuan itu. Aku terkejut bukan main, ternyata itu Jihyo.

"Jihyo!! Aku akan membantumu" ujarku sembari berusaha mengangkat Jihyo.

"Aku takut" lirihnya.

"Jangan takut ada aku disini"

Saat ingin keluar gudang, aku dihadang oleh beberapa namja. Aku mendecak sebal.

'Ayolah aku lagi tidak ingin melukai siapa-siapa'

"Mau dibawa kemana itu??" Ujar namja berwajah polos.

"Ke unit kesehatan" ujarku dengan singkat sembari melewati mereka.

Tapi, salah satu dari mereka, menarikku hingga aku mundur beberapa langkah. Aku menurunkan Jihyo, dan melindunginya di balik punggungku.

"Kalau kau mau membawa dia pergi. Lawan kami terlebih dahulu" ujar namja berambut coklat.

Aku sudah mengambil posisi, mereka pun menyerangku secara bersama-sama. Beruntungnya aku masih memakai celana, dengan mudah aku melawan mereka.

Mereka sudah tergeletak di lantai. Aku menghampiri salah satu dari mereka.

"Jangan menyentuh dia lagi, atau aku akan menghabisimu" bisikku.

Aku dan Jihyo meninggalkan mereka di gudang dan mengantarkan Jihyo ke unit kesehatan.

'Lelah sekali aku hari ini'

Angel × Vampire × Demons[END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang