Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengannya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.
Setelah kami berdua selesai membeli cincin, kami putuskan untuk pulang, namun ternyata di luar sedang hujan.
Mas Gibran menatapku, dia merasa gelisah, mungkin mengingat kondisiku.
"Rumi nggak papa Mas, buktinya baik-baik aja" kataku.
"Beneran?" Tanya Mas Gibran.
Aku mengangguk.
"Kita makan dulu aja yuk, biar hujannya agak reda" ajak Mas Gibran.
"Makan dirumah aja Mas" kataku.
"Tapi kan hujan, apa mau nunggu disini sampai reda?" Tanyanya lagi.
Kerena parkiran mobil berada di ruang terbuka, dan kami tidak membawa payung jadi otomatis bakalan basah jika mau pulang.
Aku menjulurkan tanganku, dan menadah air-air hujan.
"Baru kali ini, saat hujan aku merasa tenang" kataku.
Mas Gibran menatapku.
"Karena ada kamu Mas" kataku.
Dia tersenyum, manis sekali, bahkan walaupun tiap hari dia tersenyum padaku, aku nggak akan pernah bosan menatapnya.
"Beneran kamu nggak papa?" Tanya Mas Gibran.
"Iya Mas, aku biasa aja" jawabku.
"Alhamdulillah, akhirnya phobiamu tidak kembali lagi" kata Mas Gibran.
"Misalkan kembali lagi, kan ada Mas Gibran" kataku.
Dia kembali tersenyum.
"Kalo ditunggu, nggak bakal reda mas, kita lari aja" saranku.
"Kan jauh, keburu basah kuyup" jawab Mas Gibran.
Aku terdiam.
"Kita beli payung dulu aja yuk" kata Mas Gibran.
"Mas......" Kataku.
Lalu aku tarik tangan Mas Gibran dan menerobos ribuan tetesan hujan yang turun ke bumi.
"Rumi, nanti kamu bisa sakit" kata Mas Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurellia, Love Story
Teen FictionAssalamualaikum . . Allah memang sudah menciptakan manusia dengan berpasangan. Dan itu sering disebut jodoh, namun sebelum aku bertemu dengan jodohku aku melewati hari-hari dengan cinta bertepuk sebelah tangan. Jika kalian tahu cinta bertepuk sebel...