GIBRAN POV
Semalam Rumi demam tinggi, hingga menggigil badannya, aku tidak tega melihatnya, wajah yang tiap hari ceria bak matahari di tengah hari dan penyemangatku kala aku lelah bekerja kini terbaring lemah.
"Rumi, ayo ke rumah sakit" kataku pada Rumi yang baru mulai terpejam pagi ini.
"Jam berapa mas? " tanyanya.
"Jam lima" jawabku.
"Aku belum shalat subuh Mas" katanya yang sangat pelan dan lemas.
"Tidur aja shalatnya " saranku ketika dia mulai bergerak untuk bangun.
"Wudhunya? " tanyanya.
"Tayamum aja" jawabku.
Namun tak ia hiraukan, dia kekeh untuk wudhu ke kamar mandi. Dengan perlahan-lahan aku bantu dia bangun dan berjalan menuju kamar mandi.
"Hoek.... Hoek..... "
Suara itu yang membuatku ikut sakit, karena aku juga benci sekali muntah, aku tahu bagaimana tidak nyamannya ketika harus mengeluarkan isi perut. Semua anggota tubuh ikut sakit, terutama tenggorokan, oleh karena itu pun anehnya aku tidak pernah bisa muntah. Mengingat bagaimana rasanya muntah.
"Udah? " tanyaku kasian.
"Udah mas" jawabnya.
"Mas tunggu di luar aja"
"Kamu bisa sendiri? " tanyaku sangat khawatir.
Dia hanya mengangguk, lalu akupun keluar dari kamar mandi dan menunggunya di kursi.
Tidak lama kemudian Rumi keluar, dengan wajah yang sudah basah dengan air wudhu.
Aku berusaha untuk membantunya berjalan, namun dia melarangku, karena dia sudah wudhu.Sementara Rumi shalat, aku ke dapur untuk membuatkan bubur sayur dan susu buatnya. Bagaimanapun dia butuh asupan makanan untuk menjaga staminanya.
Pertama-tama aku memanaskan air terlebih dahulu, sembari menunggu airnya mendidih aku mencincang sayur brokoli, wortel dan daging ayam hingga kecil-kecil sekali.
Dan oh iya, kaldu ayam yang sudah siap masih ada di kulkaspun aku ambil dan aku panaskan.
Setelah air mendidih aku masukkan beras, ke-tiga sudah agak mengembang berasnya, aduk terus hingga halus, dengan api yang relatif kecil, ketika sudah halus aku masukkan air kaldu ayam, sayuran dan daging ayam tadi.
Setelah semuanya masak, aku sajikan di dalam mangkuk, dan aku taruh di atas nampan dengan segelas air putih dan segelas susu.
Aku menuju kamar, dan Rumi ternyata sudah selesai melaksanakan shalat subuh.
"Makan dulu ya yang " kataku.
"Nggak mau ah mas, lidahnya pahit" katanya.
"Sedikit-sedikit kamu harus makan, biar nggak tambah parah rum, aku suapi ya" kataku. Aku menyendokkan sesendok bubur tadi dan menyuapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurellia, Love Story
Teen FictionAssalamualaikum . . Allah memang sudah menciptakan manusia dengan berpasangan. Dan itu sering disebut jodoh, namun sebelum aku bertemu dengan jodohku aku melewati hari-hari dengan cinta bertepuk sebelah tangan. Jika kalian tahu cinta bertepuk sebel...