07 Sakit

123 60 5
                                    

Sakit tapi tidak berdarah

   


****
 

 
"Rum,kamu dimana?"

" Bentar lagi gue sampe, gue masih di angkot ni, macet lagi"

"Gila lo rum,ini udah masuk lo, bentar lagi dosen juga masuk"

"Terus gimana? Gue juga parno"

"Ttuutt...ttuutt... ttuutt"  tiba-tiba panggilan terputus.

" Aduh gimana ni, mana jalanan macet lagi". Kataku pada diriku sendiri.


    Hari ini aku, ke kampus naik angkot karena Kak Shakel dan Abi sudah berangkat tadi pagi karena ada rapat mendadak.

    Sudah biasa sih buatku masuk kampus telat, tapi tetap aja rasa panik terus menyelimuti ku.

"Aduh neng, didepan kayanya ada kecelakaan, macetnya bakal lama ni neng" kata pak sopir angkot yang aku tumpangi.

"Aduh pak, gimana ni, ya udah pak saya jalan kaki aja toh kampus saya juga sudah lumayan dekat" kataku.

"Beneran ni neng?" Tanya pak sopir itu.

"Iya pak, ini ongkosnya" kataku sambil menyodorkan uang duapuluh ribu, dan turun dari angkot.

"Kembaliannya neng"

"Udah pak nggak usah" jawabku sambil lari.

   Aku lari sekencang-kencangnya yang aku bisa, kebayang nggak gimana ribetnya lari menggunakan rok panjang? Itu sangat ribet. Tapi itu sudah menjadi kebiasaanku memakai rok panjang saat pegi ke kampus, walaupun belum syar'i banget tapi aku masih berusaha.

    Beberapa menit kemudian akhirnya aku tiba juga di gerbang kampus. Nggak seperti yang aku bayangkan, ternyata jarak dari aku turun dari angkot lumayan jauh juga jika jalan kaki, kalo dihitung kira-kira hampir 1 km.

    Aku tiba di depan koridor kelas dan mengintip lewat jendela dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

"Ah sial WiFi udah masuk lagi"

Yaa hari ini, lebih tepatnya pagi ini adalah jamnya Pak Devian. Aku merapikan sedikit jilbabku dan mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum" kataku sambil membuka pintu.

"Waalaikumsalam" jawab para mahasiswa.

Aku masuk dengan mengatur pernafasan ku agar tidak terlalu terlihat habis lari.

"Kenapa kamu telat?" Tanya Pak Devian dengan ketus.

" Sebelumnya saya minta maaf pak, saya tadi kesiangan, dan nggak ada yang nganterin, juga tadi di jalan macet" jelas ku.

" Itu konsekuensi kamu masuk kuliah, kamu udah dewasa lo, perempuan lagi, masak masih telat aja, nggak malu sama yang lainnya?" Kata Pak Devian dengan nada yang tegas.

   Iya, aku perempuan. Tapi masalahnya tadi nggak sengaja habis shalat subuh ketiduran lagi, jadinya gini deh.

"Iya, maaf pak" kataku dan menunduk.

"Kali ini saya maafkan, tapi lain kali kamu telat lagi di jam saya, saya nggak akan tanggung-tanggung hukum kamu, denger-denger juga kamu sering telat di jamnya Pak Gunawan kan" katanya.

"Iya, pak saya minta maaf" hanya itu yang aku bisa sampaikan.

"Ya udah sekarang kamu duduk" katanya.

Aurellia, Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang