Aku jalan kembali ke Ashton, Mark, Leo dan Leon, seperti tidak ada yang salah, aku duduk di samping Mark dan duduk dengan tenang, "hey apa ada yang salah?" bilang Mark, "nggak kok, santai aja" bilang ku, "kamu cocok pake kalung itu" bilang Mark, "iya dong, siapa dulu yang beliin" bilang ku, "haha aku gitu lho" bilang Mark, "WHAT?! Mark beliin kamu itu?" bilang Ashton, "iya kenapa? Masalah?" bilang Mark, "nggak sih, aku juga beliin dia sesuatu lho" bilang Ashton, "beliin apa?" bilang Mark, "aku bisa tebak" bilang Leon, "hah? Masak kamu tau?" bilang Leo, "ohh iya dong" bilang Leon, "tebak apa?" bilang Ashton, "jangan kaget kalo aku jawab bener ya, yang kamu beliin adalah gaun yang di pake sama Alice" bilang Leon, "yup betul" bilang Ashton, "kok kamu bisa tau sih?" tanya Mark, "karena sebelum ke pesta ini, aku ke pesta lain bareng Alice, dan dia bukan pake gaun ini, dia pake gaun yang aku kasih warnanya putih dan sekarang dia ganti jadi warna merah" bilang Leon, "kayaknya kamu cocok jadi detektif" bilang Leo, "udah kelihatan sih" bilangku, "ya deh, eh kamu kenal Colys nggak?" bilang Leon, kita semua jawab dengan serentak "nggak tuh", "masak kalian nggak tau sih?" bilang Leon, kita semua mengangguk, "Colys yang pernah nembak Alice" bilang Leon, "hah? Siapa? Aku aja nggak tau" bilang ku, "hah? kamu udah pernah di tembak?" bilang Mark, "iya, bukan bermaksud sombong ya, tapi aku udah sering di tembak" bilang ku, "wahh yang gebet kamu banyak ya" bilang Ashton, "ya begitulah kehidupanku" jawabku, "tapi kamu pernah nerima nggak?" tanya Leo, "pernah" jawabku sambil meminum wine yang ada di depanku, "WHAT?! SUMPAH?!" bilang mereka semua bareng dan aku hampir tersedak minumanku "ngapa sih? Kok heboh banget? Bukan urusan kalian juga kan?" bilangku, "SIAPA YANG KAMU TERIMA" bilang mereka semua berkata dengan lantang hingga menggema di seluruh ruangan, semua orang melihat ke kita, "sumpah kalian ya! Pelan dikit ngapa?" bilang ku berbisik,"sorry to distrubing all of you, please go back to your activity" bilang Ashton, dan semua kembali normal.
Semua masih melihat ke aku dengan serius, "oke oke aku jawab nih, tapi diem jangan berisik" bilangku, "oke" jawab mereka semua, "yang pernah aku terima itu Zachary" bilang ku, "maksudmu Zachary anak master 1? Yang sekelas sama aku itu?" bilang Leon, "iya, tapi udah lama putus lah pastinya" bilang ku, "putus kenapa?" tanya Mark, "mungkin jawabanku agak selfish tapi, aku putus sama dia karena dia buka tipe cowokku" bilang ku, "ya emang tipe cowokmu gimana?" bilang Ashton, "ya...yang pertama style nya bagus kayak aku, tinggi, ya tentunya mukanya yang ganteng lah, yang beneran serius sama aku...kayaknya aku kebanyakan ngomong deh" bilang ku, semuanya melihat aku dengan serius kayak lagi pelajaran, "kalian nggak perlu serius serius lah, ini bukan pelajaran, juga nggak perlu hafalin lah" bilang ku, aku diam sebentar dan mencoba untuk membaca pikiran orang, dan di dalam pikiran Leon adalah "oke harus inget inget, dia suka cowok tinggi, stylish kayak dia, harus serius sama dia, dan mukanya harus oke, tapi mukaku biasa aja sih", di dalam hatiku aku merasa bingung dan sedikit aneh, selanjutnya aku membaca pikiran kembarannya Leo "oke hafalin tinggi, ganteng, stylish, serius sama dia, nggak susah banget kok" aku ganti ke Mark, ya kalo di pikirannya Mark hmmm agak susah di baca kalo dia, aku pindah ke Ashton "wah dia pas banget dong sama aku, aku kan ganteng, tinggi, stylish, tambah kaya lagi", aku bilang di dalam hati "ya nggak usah ke pedean kali", aku membersihkan tenggorokanku dan berkata "ehem, okay just don't think about that, emmm ini jam berapa?" tanyaku, mereka semua melihat ke jam masing masing dan berkata dengan serempak "10 malem", "kok nggak kerasa ya? Aku udah capek nih, aku mau pulang aja" bilang ku, Ashton berkata "iya ini juga udah waktunya perempuan buat tidur", aku berdiri dan berkata "yaudah ayo, oh ya siapa yang nganter aku?" bilangku, Mark, Leo dan Leon berdiri dan saling melihat dengan sinis, "aku aja" bilang Mark, "aku aja nggak apa apa kok, kamu juga capek kan?" bilang Leon, dan Leo melanjutkan "kalian kan habis sibuk sibuk kan? Kalian pasti capek, makanya aku aja yang nganter dia pulang", aku diem aja dan melihat mereka semua satu per satu, "okay kalian gimana kalo kalian nggak perlu nganterin aku, aku pulang sendiri aja" bilangku, "jangan!" jawab mereka ber empat, "perempuan nggak boleh jalan sendiri malem malem" bilang Ashton, "iya ya, juga bahaya sih, tapi dari pada kalian marahan" bilang ku.
Tiba tiba ada suara yang menggangu "gimana kalo aku aja yang anter" aku menengok ke belakang dan memperlihatkan temen masa kecilku dulu Geish, "lho Geish kamu ngapain di sini?" bilang ku, "oh kamu masih inget aku ya? Bagus lah, ohh ya aku ngelihat kamu di rebutin sama 4 cowok di sana" bilang Geish, "bukan ya! Mereka cuman temen aja" bilangku, "oke oke jangan marah, Eli, tenang" bilang Geish, "kamu habis panggil dia apa? Eli?" bilang Mark, "sok akrab benget sih!" bilang Leon, "jangan sok sokan dulu deh, emang lo sapanya Alice" bilang Leo, "heh kalian nggak tau ya? Aku tuh pacarnya Alice, Eli itu panggilan dari aku" bilang Geish, aku menengok ke dia, dia senyum dan nge wink ke aku, ohh kayaknya dia mau ngerjain mereka deh, aku merangkul tangannya Geish dan berkata "iya, aku lupa ngasih tau kalian ini pacarku Geish" bilang ku, dengan tersenyum lebar, semuanya shok lihat ke aku "WHAT?!" bilang Leon, "kalian pacaran?" bilang Leo, "ya bisa aja sih, tipe idealnya Alice sama persis kayak Geish" bilang Mark, Ashton cuman diem tapi kayaknya dia mikir "eh bentar bukannya kamu tuan muda dari keluarga Deliox?" bilang Ashton, "yup betul, namaku Geish Deliox Averete" jawab Geish, "wah kenalanmu terkenal semua ya Alice?" bilang Ashton, "what? Dia tuan muda dari mana?" bilang Leo, "apa telingaku bermasalah ya?" bilang Leon, "nggak kok, kalo telingamu bermasalah ke THT lah" bilang Mark, "well ini udah malem aku balik dulu ya, sampe ketemu di rumah" bilang ku, aku jalan sedikit dan setelah beberapa langkah aku balik badan dan berkata "kalian mudah di bodohin ya! Dia bukan pacarku! Hahaha", aku dan Geish jalan cepet ke arah lobby depan, "aduh ngakak juga ya" bilang ku, "itu temenmu juga gampang banget di bodohin" bilang Geish, "hmm begitulah mereka, oh ya kamu apa kabar?" bilang ku, "biasa aja, masih penuh dengan belajar dan lain lain" jawab Geish, karena Geish adalah salah satu pewaris dari keluarganya yang memiliki perusahaan yang besar di seluruh dunia, dia harus belajar dengan giat setiap saat, dan saat aku SD dia adalah murid paling pintar, levelnya di juga nggak bisa di remehkan, dia level 3 master, sama kayak Leo. Pas sampe di parkiran mobil, Geish berhenti di depan mobil Lamborghini Aventador, "yuk naik" bilang Geish, "wah aku nggak nyadar kalo kamu udah bisa nyetir mobil" bilang ku, "bisa lah, gara gara kamu sih" bilang Geish, "kok aku gimana?" jawabku, "kita ngobrol di mobil aja" bilang Geish, aku masuk dan dia memulai mobilnya dan mulai melaju, "cepet jawab" bilang ku, "jawab apa?" bilang Geish, "yang kamu bilang kamu bisa nyetir mobil gara gara aku" bilang ku, "ohh itu, aku di suruh belajar nyetir karena orang tuaku lihat kamu nyetir pas kita masih umur 16, terus mamaku malah bilang kamu harus bisa nyetir kayak Alice, masak kamu kapan sama perempuan?" bilang Geish, "ya bagus kan malahan kamu bisa nyetir" bilang ku, "iya sih" jawab Geish, sepanjang perjalanan ke rumah Leo kita ngomongin tentang masa kecil kita dulu dari yang memalukan hingga yang menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
fighter girl
Actionperempuan vs laki laki, menurutmu siapa yang menang? Banyak cowok suka dengan satu cewek, bahkan tuan muda perusahaan maju pun juga, bagaimana kelanjutannya?