HARI YANG ANEH

9 1 0
                                    

Setelah makan kita jalan jalan lagi, Kita shoping, ya lebih tepatnya aku sih, main main, foto foto lah, dan lain lain. Tanpa kita sadari, ternyata udah sore aja, "eh ini jam berapa? Kok udah lumayan gelap aja langitnya" bilang ku, Jules ngelihat ke jam tangannya, "jam 4, mayan lama juga ya kita jalan jalan" bilang Jules, "kayaknya kamu udah puas deh" bilang Gilbert, "what make you say that?" tanyaku, "well ofcourse all of these shoping bag" bilang Gilbert, karena dia bawa shoping bag banyak banget, sebagian punya dia, tapi sebagian besarnya punyaku, Jules juga sih, aku juga bawa shoping bag punyaku sendiri, "hmm, iya ya, eh uang di tabunganku jangan jangan tinggal dikit!" bilang ku panik, "gimana lho! Nanti kamu nggak bisa beli apa apa lagi" bilang Gilbert, "makanya jangan boros boros" bilang Jules, "ya deh, aku harus hemat kayaknya" bilang ku, "kayaknya? Bukan kayaknya lagi tapi harus!" bilang Jules, "ehem, yaya pulang yuk, aku capek nih, aku juga harus nyetir" bilang ku, "oh ya Jules, kamu di jemput apa kita anter?" tanya Gilbert, "sopirku lagi nggak bisa jemput, jadi anter nggak apa apa kan?" tanya Jules, "nggak apa apa kok, Gil, kalo kamu mau pulang pulang aja, biar aku yang anter" bilang ku, "oke, aku juga ada PR, yaudah duluan" bilang Gilbert, "bye" jawabku, aku dan Jules jalan ke tempat parkir, lalu ke rumahnya Jules, tentunya Jules ngasih tau jalannya, pas sape di rumahnya ya jujur aku nggak bakalan kaget kalo orang kaya kayak Jules rumahnya bakalan kayak istana, "aku duluan ya, dah" bilang ku, "ehh kamu nggak mau turun dulu?" tanya Jules, "nggak ah, nanti ganggu" bilang ku, "nggak kok, ayahku pengen ketemu kamu" bilang Jules, "hah? Beneran? Orang yang punya sekolah pengen ketemu aku?" tanyaku, "iya, kamu parkirin mobilmu di situ dulu" bilang Jules, "well okay" jawabku,

Setelah aku selesai parkirin mobilku, aku turun dan jalan ke Jules, "eh beneran nggak nih? Jangan jangan kamu bohong?" tanyaku, "ngapain aku bohong?" tanya Jules, "i don't know, yaudah cepetan aku pengen pulang" bilang ku, kita masuk dan udah di sambut sama pelayan pelayan, ya beginilah kehidupan orang kaya, pas sampe di ruang tamu ada bapak bapak duduk sambil ngelihat laptop, "ayah, aku kenalin, ini Alice, yang punya julukan sword goddess di sekolah" bilang Jules, ohh jadi itu ayahnya Jules ya? Masih mayan muda, "ohh ya? Senang bertemu denganmu, miss Alice" bilang Ayahnya Jules, "senang bertemu dengan anda juga, mister..?" bilangku, "mister Jhonatan" bilangnya, "iya, mister Jhonatan" bilang ku, "Jules, buatin teh sana" bilang Mr. Jhonatan, "kenapa nggak suruh pembantu?" bilang Jules, "udah sama cepet" bilang Mr. Jhonatan, "oke, yah" jawab Jules, setelah itu kita ngobrol ngobrol dan yang lain lain, ternyata kakakku Ray itu sempet sekolah di knight school French juga, tapi cuman beberapa bulan, dan Mr. Jhonatan itu gurunya, dan tentu aja bilang dia ganteng dan patut di teladani, tapi realitanya jahil, nyuruh nyuruh terus, nggak ganteng sama sekali, kakakku kalo di luar tuh selalu pencitraan, ya mau gimana lagi? Dia kan kakakku, setelah selesai ngobrol aku pulang.

Sesampainya di rumahnya Gilbert aku masuk dan di sambut dengan Stevan yang lagi makan ice cream se ember dan lebih parahnya dia nangis, "eh ngapa kamu nangis?" tanyaku, karena Stevan lebih tua dari aku dia nangis karena apa aku juga nggak tau, kalo anak kecil mestinya nangis karena mainan rusak kalo nggak terluka, kalo seumuran Stevan apaan? Dia umurnya 20 jadi jaraknya lumayan banyak, "hiks..Alice...huaaaa!" tangis Stevan keras, "ehh, lho kok malah tambah nangis? Kamu nangis ngapa sih?" tanyaku, "huaaa! Aku di putusin sama pacarku! Huaaa!" tangis Stevan, "eh aku kira ngapa, ternyata kamu di putusin? Kamu nangis gara gara itu? Ih kurang kerjaan banget, move on dong!" bilang ku, "nggak bisaaa! Dia tiba tiba bilang mau putus, aku juga kaget lah!" tangis Stevan, "sumpah ya? Kamu cowok Stevan, cowok nggak boleh nangis soal hal kecil kayak gini, itu artinya kamu harus cari orang yang lebih cocok sama kamu, sini ice creamnya jangan kebanyakan makan manis, nanti diabetes" bilang ku, "nggak mau, ini satu satunya cara biar aku tenang" bilang Stevan, "pilih punya penyakit apa punya pasangan? Kalo mau punya pasangan sini ice creamnya!" bilang ku, Stevan ngasih ice creamnya ke aku, "nah, sekarang diem, kalo kamu di putusin pacar berarti dia bukan pasangan yang tepat, misalkan kalo ada cewek yang suka sama kamu tapi kamu nggak suka sama dia terus kalian pacaran mesti kamunya nggak nyaman kan? Mestinya kamu mau putus, bisa aja perasaan cewek yang mutusin kamu kayak gitu" bilang ku, "huhuhu bisa jadi sih, tapi dia pernah bilang kalo dia suka sama aku" bilang Stevan, "suka apanya dulu, bisa aja dia gold digger, karena kamu kaya" bilang ku, "huaaa! Udah deh muak aku sama dia!" bilang Stevan, "nah gitu dong, move on, pastinya masih ada banyak cewek yang ngejar kamu yang lebih baik dari dia" bilang ku, "kamu kalo ngejar aku nggak?" tanya Stevan, "aku? Ngejar kamu? Nggak mungkin sih" jawabku, "kenapa? Aku kan ganteng, kaya, pinter" bilang Stevan, "tapi umur dan level kita? Beda jauh" bilang ku, "aduh, savage juga ya kata katamu" bilang Stevan, "iya lah, btw dia tuh siapa sih?" tanyaku, "dia tuh, Jesica dari jurusan archery" jawab Stevan, "ohh, secantik apa dia?" tanyaku, "secantik bidadari" jawab Stevan, "masih nggak bisa move on?" tanyaku, "ihh pikiranku gimana sih? Move on Stevan!" bilang Stevan ke dirinya sendiri, "yaudah aku mau balik kamar, aku bakan bantu kamu move on, tenang ada Alice di sini" bilang ku,

aku kembali ke kamarku dan saat aku mau duduk di kamarku kakakku telfon, aku mengangkat telfonnya "halo, kok telfon ngapa kak?" tanyaku, kakakku menjawab "kamu lagi di negara mana?", aku menjawab "di Perancis lah, gimana sih kak?", dengan samar samar aku mendengar suara orang lain, "ada siapa kak di situ? Kok kedengerannya ada orang lain?" tanyaku, "nggak apa apa kok, kamu ini di rumahnya Gilbert kan?" tanya kakakku, "nggak di surga" jawabku, aku mendengar suara dari kakakku, tapi itu bukan suaranya kakakku, lebih mirip suaranya Leon, "kak? Kok ada suaranya Leon sih?" tanyaku, "ehh nggak kok bukan kamu salah denger, eh kamu di surga kamu udah meninggal? Ih jangan mian main ya kamu, hehe" bilang kakakku agak canggung, "kak, jangan ganti pembicaraan deh, aku tau kakak dari kecil, mesti kakak bohong" bilang ku, "iya deh, kamu udah kayak detektif, di sini ada mereka" bilang kakakku, dengan cepat aku mematikan telfonnya dan melempar hpku ke tempat tidur, "bodoh Alice! Kenapa kamu angkat telfonnya? Sekarang mereka tau kamu di mana!" bilang ku, sementara itu Ray kakaknya Alice yang lagi berada di rumah kedatangan tamu yaitu Leo, Lain, dan Mark, "yah kok di matiin sih?" bilang Leon, "ya gara gara kamu sih!" bilang Mark, "ya sorry lah, perasaan aku nggak buat suara apapun deh" bilang Leon, "nggak buat suara? Sejak kapan kamu bisa diem?" tanya Leo, "kalo tidur aku diem" bilang Leon, "nggak kamu kalo tidur kamu ngomong ngomong sendiri kayak orang gila" bilang Leo, "udah kalian jangan berantem deh, sekarang kamu udah tau adikku dimana kan? Kamu boleh ke sana tapi jangan ganggu dia, dia butuh menenangkan diri, telfonnya aja langsung di matiin, pasti dia mau ngerencanain sesuatu" bilang Ray, "iya, kita nggak bakalan ganggu Alice kok" bilang Mark, "yaudah kalian mau berangkat kapan?" tanya Ray, "besok!" jawab Leon semangat, "hah? Besok? Nggak istirahat dulu nih?" tanya Leo, "nggak, kak Ray mau ikut nggak?" tanya Leon, "nggak deh, aku mau istirahat di rumah aja, aku juga masih ada kerjaan besok" bilang Ray, "oke deh, kita pulang dulu ya kak, bye" bilang Leon, mereka pun pulang dengan bahagia

fighter girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang