Chapter 2 : Pahlawan

22 1 0
                                    

Siang itu matahari bersinar terik

Sekumpulan burung pemakan bangkai, berkumpul mematuk perlahan seorang manusia yang tengah berbaring di hamparan tanah luas nan gersang untuk mengecek apakah manusia itu masih hidup atau boleh mereka makan.

Dengan terkejut sosok yang sedari tadi terbaring itupun terbangun sembari berteriak dan terengah-engah.

"Tolong.....!!! Hah... Hah.... Hah...."

Sosok yang baru menyadarkan diri itu pun ternyata adalah Bobby, dengan sedikit kesulitan, Bobby mencoba untuk bangun dan melihat keadaan sekitar.

"Dimana aku? Tempat apa ini?"

Bobby mencoba menelusuri hamparan tanah gersang tersebut, dengan cuaca yang tengah terik-teriknya. Bobby pun mulai mengingat-ingat apa kejadian yang telah terjadi sebelumnya, hal terakhir yang dia ingat adalah dia terlambat keluar dari warnet saat warnet tersebut mengalami insiden kebakarang dan meledak.

"Aku ingat sekarang... Mungkin ini surga...,Tapi mengingat sangat panasnya tempat ini, mungkin ini neraka, aduh sial... sepertinya aku mati dalam keadaan penuh dosa, sehingga aku berada di tempat panas ini"

Dalam keadaan bingung Bobby terus menelusuri hamparan tanah luas nan gersang itu, namun tidak ada apapun, hanya hamparan luas sepanjang mata memandang yang dihiasi oleh langit biru tanpa awan sama sekali, sedangkan terik sinar matahari membuat suasana semakin gersang. 

Cukup memakan waktu melakukan penelusuran tanpa ada hasil akhirnya Bobby melihat sesuatu dari kejauhan, dengan sedikit memfokuskan pandangannya Bobby melihat sangat banyak orang berkumpul.

Bobby memperhatikan baik-baik gerombolan tersebut, dalam benaknya Bobby berpikir ada apa ini? kenapa mereka semua berkumpul di tanah gersang ini. Kemudan Bobby pun menyadari sepertinya gerombolan tersebut terdiri dari 2 kubu yang akan saling berhadapan.

Senang merasa tidak sendirian secara naluri Bobby bergegas lari mencoba menghampiri keramaian, tetapi telat, Bobby telah berlari terlalu dekat sehingga tidak sempat untuk mengawasi terlebih dahulu gerangan apa yang membuat mereka berkumpul di hamparan luas ini, alhasil Bobby sudah berada di dalam kerumunan tersebut.

Ternyata grombolan tersebut adalah kelompok pasukan yang siap berperang.

Tanpa aba-aba perang besar pun terjadi, sedangkan Bobby malah terjebak di dalamnya.

Dengan ketakutan Bobby berusaha menyelamatkan diri, tapi di tengah perang dimana dia harus bersembunyi, satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah ikut dalam perang menggunakan apapun yang dapat dia pungut agar dapat mempertahankan diri.

Tidak sanggup untuk berperang, Bobby bersembunyi di balik tumpukan mayat yang mulai semakin bertambah.

"Ini terlalu buruk. Aku pasti akan mati satu kali lagi". Gumam Bobby.

Sembari bersembunyi Bobby memperhatikan apa atau siapa yang sedang berperang, Bobby kaget... Perang ini sungguh aneh baginya, pertama dia hanyalah penduduk sipil, yang kedua Bobby tidak pernah ingat kalau akan ada perang di tempat dia tinggal. Belum lagi Bobby berpikir pasukan yang ikut berperang tidak seperti tentara modern, mereka bahkan tidak memakai senjata api untuk berperang, tidak ada Tank, tidak ada senapan, tidak ada senjata-senjata moderen lainnya yang dia kenal.

Senjata-senjata yang digunakan dalam perangpun bisa dibilang cukup tradisional, pasukan hanya menggunakan pedang, panah, perisai serta senjata-senjata lain yang biasa digunakan dalam perang antar kerajaan, bahkan dalam penampilanpun, pasukan yang ikut berperang masih menggunakan baju zirah besi yang lengkap dengan penutup kepalanya yang juga terbuat dari besi. Kendaraan yang digunakan dalam perangpun masih menggunakan kuda.

Emblem of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang