Chapter 48 : HENGEK

2 0 0
                                    

Asap tebal hasil dari penguapan air yang tersambar petir mulai menghilang dan menapilkan sosok Sunny yang sedikit membungkuk seolah sedang berusaha berdiri, jubah putihnya yang memiliki lambang mata berwarna ungu telah hancur tak bersisa, tapi tetap tidak terlihat luka pada tubuhnya.

"loh? Itukan si Sunny?" ucap Bugas heran saat melihat sosok yang masih selamat dari serangan mereka.

"lah iya ya. Maaf ni tuan kesatria, aku tahu anda dan tuan Sunny tidak akrab, tapi kalau harus ikut bantu melawan Sunny rasanya sikap anda kali ini sedikit keterlaluan" lanjut Eman yang jugan sedikit heran ternyata yang dia serang tadi ternyata si Sunny membuatnya merasa bersalah "tuan Sunny maaf kan kami, ku kira tadi tuan Bobby sedang bertarung menghadapi raja musuh.

"ah... begoknya kami langsung meyerang tanpa memperhatikan dulu siapa yang kau hadapi. Ternyata hanya pertarungan rivalitas gak jelas kalian lagi rupanya" ucap Sing dengan nada kesal kepada Bobby.

"kalian yang begok, Sunny itu musuh, dia itu Hackins" jawab Bobby membela dirinya.

"Buset... malah sekarang mimpitnah orang, kelakuan yang matap bro" sanjung Bugas.

Bergegaslah Eman dan Bugas menghampiri Sunny untuk melihat keadaannya. Sunny yang terkena seranganpun mulai berdiri dan mengambil napas panjang

"hahaha... wow... lumayan berasa juga ya serangan dari gabungan prana air dan petir" ucap Sunny tiba-tiba sambil merapikan pakaiannya yang terlihat lusuh dan sedikit compang-camping.

"kau tidak apa-apa bro?" ucap Bugas sambil menepuk pundak Sunny dan mengecek keadaan

"kami betul-betul merasa bersalah ni karena menyerang orang tanpa memastikan terlebih dahulu" lanjut Eman.

"santai, seperti yang kalian lihat aku baik-baik saja, bahkan tidak terluka" jawab Sunny seolah tidak pernah menerima serangan dari mereka. "ngomong-ngomong bagai mana cara kalian naik sampai ke sini? Apakah kalian mengalahkan penjaga tiap lantai?" lanjut Sunny cukup heran melihat mereka bertiga tampak sehat saat sampai ke lantai teratas istana.

"oh... itu biar aku yang jelaskan" jawab Sing masih tepat duduk cantik di atas kepala Eman.

Dan Sing pun mulai bercerita ...

***

Sekitar 45 menit yang lalu.

"Wow... ini gila bro, coba pinjam pisau mu" ucap Bugas kepada Eman dengan mata berbinar

"untuk apa?"

"masih nanya lagi, otak itu dipake, gak liat apa ini dinding benteng terbuat dari berlian bro, bisa kaya kita bila ambil satu bata aja"

"Apa kau yakin Gas ini berlian? Mungkin ini cuma kaca, gak mungkin lah satu benteng semuanya terbuat dari emas, seberapa kaya ni orang yang punya kerajaan kalau ini beneran berlian"

"jagan pernah meremehkan mata bandit ku, tanpa alatpun aku langsung dapat menilai dengan pasti ini berlian asli, kualitas tertinggi lagi, makanya jangan banyak omong cepet pinjem pisau atau apapun deh, aku ingin mencongkel batako istana ini"

"bukannya lu punya pedang ya? Ya sudah la ini ku pinjemin salah satu pisau ku"

15 menit berlalu.

"hey... bukankah itu kapten Rachman dan kapten Bugas?" ucap salah seorang pasukan kerajaan Sribijiva yang berhasil sampai ke lokasi istana Hackins

"kau benar, cepat kita kesana dan bantu mereka. Sepertinya ke 2 orang itu sedang kesulitan untuk membobol diding benteng itu" ucap Sing meberi perintah kepada pasukan.

Bergegaslah seluruh pasukan yang dipimpin oleh Sing menghampiri mereka.

"Bodoh... ku kira kalian dalam masalah untuk menembus benteng, malah kalian sibuk menggerogoti dinding ini, dasar 2 idiot"

Emblem of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang