Chapter 23 : Butiran

1 0 0
                                    


Diyana terus berlari memasuki hutan, dengan mengandalkan instingnya Diyana menerka memperkirakan dimana posisi dari rombongan kesatria takdir. Tanpa adanya petunjuk tentu saja mencari mereka di sebuah pulau merupakan pekerjaan sulit seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Sampai pada dimana Diyana menyadari ada sesosok benda mirip boneka terlihat menggantung tergelayut di atas sebuah dahan pohon, Diyana lekas menyadari sosok tersebut.

"Singengga" teriaknya secepat mungkin menghampiri sosok yang telah terkulai tidak berdaya.

Tapi berkat ditemukannya sosok Sing yang tergelayut kumal tak lebih baik dari sebuah boneka using yang telah dibuang, membuat Diyana sadar, tidak akan jauh kelompok sang kesatria dari lokasi itu. Benar saja tidak perlu mengandalkan insting Diyana dapat dengan mudah merasakan pancaran aura menenangkan seolah memberikan kesan damai yang sangat dia kenali

gawat... ini Battle aura putri Linia, pikir Diyana di dalam hati. Jelas sekali kalau semua telah terlambat, pasti sekarang si Bobby dan 2 rekannya sedang sibuk menghadapi salah satu dari anggota 4 gerbang tesebut.

Hanya saja tidak terpikir oleh Diyana pertarungan akan tidak seimbang, di dalam benak Diyana, Bobby cukup kuat atau malah sangat kuat, seandainya bukan karena sikap konyolnya selama ini, Diyana dengan pasti akan menilai kalau kemampuan bertarung Bobby ada pada tingkatan di atas dirinya atau sama dengan para anggota 4 gerbang. Bahkan Diyana tidak meragukan bila Bobby adalah orang yang memiliki kemampuan pengendalian prana terkuat yang pernah dia temui, karena hanya Bobby mungkin satu-satunya manusia yang mampu mengendalikan semua jenis perubahan wujud prana bila telah bergabung dengan Sing.

Tapi semua pikiran Diyana itu terhapus hanya dalam sekejap saat pandangan mata Diyana menyaksikan sendiri Bobby dan Bugas tengah dalam bahaya terkurung bola air ciptaan dari sang putri.

"Putir Linia... cukup!" teriak Diyana mencoba untuk menghentikan jurus mematikan milik sang putri

Mendengar teriakan itu putria Linia menoleh dan memasang senyum kepada Diyana

"wah... Diyana kebetulan sekali, aku menemukan penyusup di sini, mau kah kau membantuku membereskan mereka bertiga" seraya sang putri menunjuk Bobb dan Bugas yang masih terkurng, dan Eman yang masih dalam keadaan pingsan.

"tidak putri mereka teman ku, bebaskan mereka, mereka bukang orang jahat... hanya saja mereka bertiga ini orang bodoh"

"hmm... jadi menurut mu mana yang lebih kau anggap teman? Kami... atau ke 3 orang ini?"

"semuanya... kalian semua temanku, jadi tidak perlu saling menyakiti seperti ini"

"hooo... jawaban yang unik. Sayangnya seperti yang kau tahu, aku tidak menyukai laki-laki" jawab putri Linia tegas "ah... aku mengerti mereka bertiga ini pasti orang-orang dari desamu kan?"

"itu benar... karena ini tolong hentikan ini"

"tidak bisa... mereka telah kurang ajar terhadap istanaku, bahkan mereka bertiga ini sampah... mereka telah mencuri pakaian dalam ku, apakah menurutmu orang seperti itu layak hidup?"

"ah..." dasar gerobolan bodoh, mereka malah berbuat mesum wajar saja kalau di hajar "untuk itu biar nanti mereka bertiga aku yang kasih pelajaran, tapi mungkin putri sedikit salang sangka dalam kejadian ini, mereka bertiga ku jamin pasti tidak ada niat seperti itu awalnya karena mereka telah bercerita kepadaku mereka hanya ingin mencari sebuah liontin, dan kami butuh itu... kami rela dengan senang hati bila harus di usir dari tempat yang menurutku menyenangkan ini asal bisa mendapat liontin itu. bila berkenan tolong tuan putri bisakah kau memberikan kami liontin itu, dan kami akan segera pergi serta akan kuhajar mereka bertinga untuk mu"

Emblem of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang