Chapter 26 : Amarah

1 0 0
                                    


"woi... sini-sini, sepertinya mereka akan berkelahi"

"siapa lawan siapa?"

"tidak tahu, yang jelas salah satunya adalah kesatria takdir"

"wah... tontonan yang menarik nih, jangan sampai ketinggalan..."

Dengan cepat bagaikan bensin disambar api, berita mengenai kesatria takdir akan bertarung segera menyebar keseluruh kota, tak heran bila tiba-tiba seluruh penduduk berkumpul dan menyembabkan keramaian yang sangat padat, bahkan sampai 3 kali lebih ramai dari pada saat menjelang hari perayaan.

Bertepatan dengan itu Diyana akhirnya sadar dari komanya di salah satu ruang istana kerajaan.

"Diyana kau telah sadar?" hawatir putri Rala

"eh... iya... di mana aku sekarang?"

"kita di istana kerajaan Sribijiva, kau telah koma lebih dari 2 minggu"

"selama itu kah? Wajar saja kalau aku merasa sangat lapar hahahah"

"hahahaha" tawa bahagia Rala karena temannya telah siuman

"ngomong-ngomong kok bisa kita berada di istana, hal terakhir yang aku ingat adalah aku kalah melawan putri Linia"

"mengenai itu... kita bertiga diselamatkan oleh..."

"Rala... gawat kesatria takdri bodoh itu kembali berulah" teriak putri Rili dengan mendobrak masuk pintu kamar, Diyana yang masih terbaring pun terkejut.

"apa lagi yang dia lakukan?" jawab putri Rala dan Diyana menjawab bersamaan

"oh... Diyana kau sudah siuman? Senangnya..."

"hehehe... terima kasih"

"oh... iya hampir lupa, si kesatria bodoh itu sekarang tengah menantang kakaknya Diyana untuk berkelahi" lapor putri Rili. membuat Rala dan Diyana kembali terkejut secara bersamaan.

"apa...? Apa sih yang di pikirkan oleh sibodoh itu?" jawab Rala mulai terpancing emosi

"kakak ku ada di sini? Benar kah itu?" Diyana langsung tidak sabar bertanya setelah mendengar kabar keberadaan kakaknya.

"iya kakak mu ada di sini, dialah yang telah menyelamatkan kita saat kau kalah dari Putri Linia"

"kalau begitu aku harus cepat" Diyana dengan sekuat tenaga berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya, tapi langsung goyah karena belum cukup tenaga.

"Diyana... jangan paksakan diri" ucap putri Rili panik melihat temannya terjatuh.

"tidak aku harus kesana sekarang, aku harus bertemu mereka"

"..." kedua putri saling terdiam saat mendengar ucapan terakhir Diyana.

"baiklah... kami akan membawamu ke sana, aku yakin kau pasti sangat khawatir dengan kakakmu, soalnya bisa gawat kalau kakak mu sampai babak belur di hajar oleh si kesatri bodoh itu"

"tidak bukan begitu, justru sebaliknya, aku takut si Bobby bodoh itu akan kehilangan semangat juangnya bila samapai kalah dari kakak ku" Diyana mulai khawatir dengan apa yang akan terjadi "kakak ku itu meskipun terlihat lemah dan konyol, terkadang suka melakukan sesuatu terlalu berlebihan, bisa gawat kalau kakak ku malah terlalu bersemangat dan menghajar si Bobby hingga membuatnya kehilangan harga diri"

"apakah bisa sampai seberbahaya itu?"

"aku tidak tahu... soalnya yang akan dihadapinya itu kakak ku... kita harus cepat kesana"

Diyana dengan di temani oleh ke 2 putri pun segera bergas menuju alun-alun temapt Bobby dan Sunny akan segera berkelahi.

***

Emblem of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang