Chapter 43 : Wardik

1 0 0
                                    


Apa-apaan ini pikir Bobby setelah melihat hiruk-pikuk ramai penduduk melakukan kegiatan mereka masing-masing secara natural layaknya penduduk umum, terlihat ada penggalian jalan untuk membuat saluran pembuangan atau got, yang di isi oleh para pekerja-pekerja kasar penuh otot. Yang uniknya mereka tidak hanya dari ras manusia terlihat beberapa pekerja penggalian tersebut juga dari ras-ras minotour, bahkan ada laki-laki berparas seperti seorang manusia dengan tubuh kekarnya terlihat hanya menggunakan selembar baju tapi memiliki santu tanduk di bagian dahi.

Terdengar riuh juga suara teriakan dari pedagang baju dan pedagang sayur mencoba menarik perhatian penduduk sekitar untuk membeli dagangan mereka, adapun pedagang sayur sendiri sepertinya hanya seorang manusia dan si pembeli adalah ibu-ibu rumah tangga lengkap dengan rambut di rol dan gosif-gosifnya yang khas menghiba tetangganya, yang Bobby sangat yakin baik pedangan maupun pembeli yang lain tidak mengenal tetangga ibu tersebut bahkan mungkin tidak perduli dengan gosif-gosif panas yang sedari tadi dia ceritakan, meskipun ada beberapa ibu-ibu lain seperti sedikit antusias mendengar dan bahkan ikut bergosif, sedikit lucu bila membayangkan apa yang Bobby lihat karena ibu-ibu dengan rambut di roll itu cukup seru mengobrol dengan ibu-ibu yang memiliki dua tanduk di kepalanya.

Kesampingkan dulu masalah ibu-ibu gosif dan kegiatan-kegiatan normal dari para penghuni kota ini, yang jelas kota ini sendiri tidak dapat di bilang normal, meskipun terlihat berbagai macam mahluk di dalam kota, mereka terlihat hidup damai.

"Yo kalian berdua?" Bobby tiba-tiba mendengar sapaan akrab dari seroang penduduk, yang lantas membuat Bobby sedikit kaget dan tidak sengaja membuat Bobby mengeluarkan prana anginnya yang membentuk seperti pisau kecil di ujung jari.

Sontak hal itu membuat menarik lirikan dari pandangan penduduk, dalam beberapa detik itu entah kenapa hiruk-pikuk seuasa perkotaan kecil itu mendadak hening.

"santai... kalian berdua orang baru ya di sini?" ucap penduduk tadi yang ternyata adalah seorang Beastman beruang "tenang di sini kota yang damai, jadi kalian aman dan idak permusuhan di sini" lanjutnya ramah.

Mendengar itu Bobby menarik kembali prananya dan mulai menarik napas agar dapat segera menenangkan paniknya.

Meski Bobby dan Sunny tidak sadar sepertinya tatapan mata dari seluruh penduduk yang tadi sempat diam memperhatikan merekapun mulai hilang, dan suasana kota kembali ramai seperti tidak terjadi apa-apa.

"hahaha itu sangat wajar terjadi untuk siapapun yang baru memasuki kota ini" kembali Beastman itu bicara dan langsung merangkul Bobby dan Sunny secara akrab "ayo jangan malu, silahkan masuk kedalam dan lihat-lihat, akan ku ajak kalian berdua berkeliling. Oya aku lupa memperkenalkan diri, aku Wardik penduduk biasa di kota ini hahahahha"

Dasar monster bisa-bisanya sok akrab, pikir Bobby penuh curiga.

"sudahlah kalian tidak perlu menggunakan aura permusuhan itu, aku tahu kalau ini mencurigakan, lagi pula kalian mungkin benar aku ini monster yang berbahaya, tapi itu dulu sebelum aku mengenal kota ini" ucap Beastman yang mengaku bernama Wardik ini dengan tenang "akan ku perkenalkan kalian dengan kota luar biasa ini, karena kota ini mungkin lebih pantas disebut surga yang hilang, karena siapapun yang masuk tidak penah ingin keluar lagi dari kota ini, yah kecuali kalau kau sudah mati sih hahaha... karena tidak ada area pemakanman di dalam kota" lanjutnya menejelaskan dengan joke yang bahkan menurut Bobby tidak lucu sama sekali.

***

"wahahaha... ayo lanjutkan berpestanya, pelayan tambah lagi Bir pletoknya" ucap Bobby memanggil pelayan pada sebuah bar

"wah wah... kau yakin nih traktir minum padahal kita baru kenal, jadi keenakan nih" jawab Wardik yang sambil menyeruput Bir Pletok yang baru tiba di meja.

Emblem of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang