Chapter 28 : Siuman

2 0 0
                                    


Malam itu Bobby terbangun, napasnya terengal-engal, keringat dingin bercucur sebesar biji jagung membasahi dahinya. Hari itu Bobby bermimpi buruk, sudah hampir setahun Bobby tidak mengalami hal seperti ini sejak terakhir kali dia bermimpi di telan oleh ayam raksasa dan di buang begitu saja melalui proses pencernaan yang membautnya hampir trauma terhadap semua jenis burung.

Mimpi Bobby kali ini benar-benar seperti kejadian nyata, di dalam mimpinya dia mengalami siksaan berat selama berjam-jam dengan cara di timpuk ribuan batu berbagai macam ukuran di dalam gua, yang membuatnya hampir mengalami ketakutan akan tempat gelap, tapi untungnya itu hanya sebuah mimpi, sampai akhirnya Bobby tersadar tubuhnya penuh luka lebam, dan mulai mengingat semua kejadian siang tadi.

"sial aku kalah ya?" ucap Bobby, dan mulai mengenang semua serangan yang dia terima dari Sunny "tidak kusangka aku akan kalah secara memalukan seperti itu, atau jangan-jangan aku ini emang lemah, beban menyelamatkan bumi ini mungkin terlalu berat untuk ku"

"hallo bob?" ucap seseorang dari samping Bobby, Bobby tau sekarang dia sedang berada di ruang perawatan, tapi siapa seseorang yang menegurnya dan tau dengan dirinya ikut di rawat di ruangan ini. Dengan sigap Bobby pun menoleh untuk memastikan siapa yang telah menegurnya.

"Sunny? Kenapa kau juga di rawat di sini?" teriak Bobby kaget, heran padahal dia yang di telah menghajar ku habis-habisan tapi si Sunny malah mengalami luka yang kelihatannya sama parahnya atau mungkin lebih parah, pikir Bobby.

Aku mengerti, ternyata seranganku berpengaruh besar terhadap si Sunny kalau saja aku tidak masuk kedalam jebakannya dipastikan aku yang menang. Pikir Bobby lagi lebih dalam yang membuat semangatnya sebagai seorang kesatria kembali bangkit.

"yo... Bob, kau sedah sehat?"

"hehehe... ternyata kau juga terluka parah ya? Kalau saja aku tidak jatuh dalam jebakan batman mu sudah dapat dipastikan aku yang menang tadi"

"hahahah oh luka ku ini ya? Luka ini semua karena..."

"Gubrak" suara keras pintu terbanting memotong perkataan si Sunny, dari balik pintu yang telah di buka secara paksa Diyana muncul.

"halo yang di dalam kalian sudah sadar?" ucap Diyana masuk dengan muka merona bahagia

"Diyana, oh... kau menghawatirkan diriku ya?"

"gak juga sih, soalnya kalian terluka begini karna tingakah bodoh kalian sendiri"

"maaf kan kami" ucap Bobby dan Sunny secara bersamaan

"mulai hari ini aku yang akan merawat kalian berdua sampai kalian sembuh, soalnya kalau di biarkan nanti kalian berkelahi lagi" Diyana menawarkan diri "oya ada berita terbaru, kerajaan yang di pimpin oleh Seagate telah membunyikan genderang perang kepada kerajaan monster. Raja Agung dan Raja July sekarang tengah melihat situasi pergerakan ke 2 kerajaan masing-masing. Siapapun yang akan menang dari ke 2 kerajaan itu, kita akan segera bergerak agar dapat meraih kemenangan di atas mereka dan inilah kesempatan emas buat negara ini. Aku bersyukur kakak dan Bobby telah berada di sini, melihat pertarungan kalian berdua kemarin kalianlah yang akan menjadi ujung tombak buat kemenangan kita. Kakak dan kau Bob setuju kan?"

"aku sih selama tidak membosankan akan ikut?" ucap Sunny

"kalau kau Bob?"

"aku kesatria tadir, aku pasti ikut"

"bagus... setelah kalian sembuh, kita akan ikut kereajaan untuk atur strategi merebut kembali dunia kita dari tangan kerajaan monster"

"oya Diyana, aku boleh bertanya?" ucap Bobby memotong perkataan Diyana

"bertanya apa?"

"apa aku tadi tidak salah dengar? Kerajaan yang di pimpin oleh Seagate? Seagate masih hidup?"

"emang kemarin kalian membunuhnya?"

"tidak sih, tapi apa benar Seagate mempunyai kerajaan baru?"

"iya dan kemarin kerajaan Pramunian hampir di ambil alih oleh mereka selama kita berada di Pulau-Ju"

Emblem of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang