25ー Kuy?

210 27 81
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ

























































































































































"One, two, three, four, five, six, seven, eight!"

Kak Calista mencontohkan koreografi karangannya. Berdiri membelakangi kami, menghadap cermin yang memenuhi satu sisi dinding di ruangan dance practice ini.

Gadis itu menggerakkan tubuhnya dengan lihai. Seakan di tulangnya terdapat susunan karet yang bisa melentur kapan saja Kak Calista ingin.

Koreografi yang dikarangnya juga luar biasa. Otak jeniusnya menyusun gerakan demi gerakan yang berhasil membuat kami selaku penonton menganga tak percaya. Hell, setiap gerakannya selalu terlihat swag dan cocok dengan irama.

Pantas saja, dia dan Kak Jiro begitu serasi. Mereka unggul dalam bidangnya masing-masing. Kak Jiro yang ahli menulis lirik, menggubah lagu, hingga menguasai panggung dengan rap-nya. Pun dengan Kak Calista yang ahli mengarang koreografi, menyesuaikannya dengan iringan, dan menguasai panggung dengan tariannya.

Goals sekali.

Mana sama-sama mempunyai selera humor yang unik, bukan?

Iya.

Sebenarnya pacar Kak Jiro itu tidak sendirian. Ada Kak Yeci dan Kak Hera yang membantu Kak Calista membuat koreografi. Tetapi setengah bagian dibuat olehnya, sedangkan dua lainnya membuat masing-masing seperempat bagian.

Kami? Hanya mengoreksi atau mungkin memberi saran jika ada gerakan yang kurang sesuai.

Senangnya. Walaupun sudah kelas tiga, dimana mereka mulai sibuk dengan try-out dan pendalaman materi ujian lainnya, tetapi mereka masih mengambil andil dalam salah satu event besar sebelum ujian dan kelulusan mereka.

Ah, sudah kelas tiga ya?

Aih, sedihnya, berarti kami akan segera berpisah?

Hah? Apaan sih?!

"Jangan ngelamun, buset. Kesambet ntar gue juga yang susah," ujar Edelyn melambaikan tangannya di depan wajahku.

Aku mendengus, meliriknya galak sejenak kemudian kembali menatap ke depan. "Lo merhatiin koreonya nggak dari tadi?" tanyaku kepada Edelyn.

Gadis itu mengernyit. "Lo nggak merhatiin? Wah parah, padahal kita cuma dikasih waktu nggak lebih dari sepuluh hari, lo malah nyantuy begini."

"Banyak pikiran anjir, lo mah nggak tau gue."

"Banyak pikiran... mikirin Hayden sih iya." Edelyn terkekeh sedangkan aku hanya menatapnya sinis, lalu kembali menatap ke depan. "Btw, soal makanan buat stand lo yang nyiapin lagi kan?"

"Iya kayaknya, gue mah iya-iya aja yang penting nggak bikin pusing."

"Gue bagian dekorasi njir, kalau malah gue ancurin gimana ya?"

"Ye, apa yang nggak lu rusakin," ledekku membuatnya mendecih.

"Berengsek juga ya lo."

Lalu setelah itu kami kembali fokus kepada koreografi yang ditunjukkan tiga penghuni kelas 3-4 dan 3-5 itu.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang