09ー Idle

331 98 132
                                        

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ






















































































Aku bosan. Mau merusuh di rumah Jeje, yang punya rumah pergi bersama teman sepertololannya. Mau mengirim pesan untuk meredakan bosan kepada Hayden, pastinya dia juga sibuk dengan temannya. Mau mencoba mengirim pesan kepada Kak Felix, rasanya tidak mungkin. Mau mengirim pesan kepada Kak Jiro, Kak Shahim, nanti aku dikira mau membuat ulah.

Mau mengirim pesan kepada Edelyn dan memintanya menemaniku? Boleh juga. Eh, tetapi, tidak juga sih. Loh?

Hah, sudahlah. Sepertinya aku hanya butuh eskrim saat ini. Ditambah snack dan cola sepertinya enak.

Ya. Dan akhirnya aku memutuskan untuk membeli jajanan ke Inggrisapril dengan berjalan kaki. Sembari menikmati udara sore yang tumben sekali bisa tercium sedemikian segarnya. Kemana asap kendaraan hari ini? Disedot Edelyn?

Iya, aku benar-benar berjalan kaki selama kurang lebih 6 menit karena jaraknya hanya sekitar 700 meter dari gerbang perumahan. Menyapa para bocil yang sedang bermain di lapangan dekat warung, mengangguk sopan kepada gerombolan ibu-ibu yang langsung tersenyum manis di bibir merah menyala mereka ketika aku lewat-yang kemudian melanjutkan gosipnya.

Memandang was-was ke arah anjing retriever hitam di gang kecil yang sesekali menggonggong, lalu disahuti gonggongan dari anjing lainnya. Astaga, untung aku tidak punya anjing. Mendengar gonggongannya saja aku takut, apalagi sampai dilihat dengan intens dan dikejar. Memangnya aku ini model atau bagaimana sampai diperlakukan segitunya?

Walau tidak semua jenis anjing sih. Yang sejenis dengan Kami sepertinya aku suka. Majikan Kami sepertinya boleh juga. Eh?

Oke, mari mengakhiri pembicaraan seputar anjing- Hayden termasuk karena dia memang begitu- karena bangunan yang tempat duduk di sisi pintunya sering ku duduki sudah terlihat. Kanan, kiri, sepi, oke sip. Perlahan aku menyeberang, lalu berlari kecil ketika mendengar samar-samar suara motor dengan kencang menuju ke arahku.

Tenang, tidak terjadi apa-apa. Ini berbeda dengan yang biasanya. Sepertinya.

Tujuanku pertama kali adalah keranjang tentu saja, lalu beralih ke rak snack dan sibuk di sana untuk beberapa menit. "Hm, mending cokelat atau vanilla ya?" gumamku memegangi dua varian biskuit pocik di kedua tanganku.

"Eh, tapi gue kan sukanya cokelat?"

"Yaudah deh cokelat." Aku meletakkan kembali si kemasan biru di rak dan memasukkan si kemasan merah ke keranjang. Kemudian beralih ke lemari pendingin. Memutuskan mengambil minuman yoghurt dua botol. Lalu beralih ke kulkas eskrim. Dengan cepat mengambil satu varian favoritku lalu membawanya ke kasir.

Setelah membayar, aku membawanya ke depan, duduk di kursi biasanya. Perlahan aku mulai menikmati cemilan tadi, sembari menatap ke jalanan. Membosankan sih, tapi juga sedikit menghibur. Aneh-aneh saja orang-orang ini. Bagaimana bisa tidur dengan kaki diangkat ke jendela tapi dengan posisi dibuka. Bagaimana kalau ada orang iseng yang menggelitiki dan tanpa sadar menendang si penggeletik sebagai gerakan refleks dan membuat si penggeletik jatuh? Astaga otakku.

Meja yang ku tempati bergerak. Spontan aku mendongak, lalu membelalak dan menahan napas begitu mengetahui siapa yang datang.

"Bentaran doang, Na. Nggak usah kayak lagi liat pangeran ah. Jadi mau- eh malu gue." Kak Felix terkekeh menanggapi jokes recehnya. Aku yang baru saja mendapatkan kesadaran kembali buru-buru menunduk dan ikut terkekeh canggung.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang