ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ
Drrtt... Drrtt... Drrtt
Ponselku bergetar, buru-buru aku mengangkatnya.
"Halo?"
"... "
"oh, udah? Di gate mana?"
"... "
"Siap, tungguin ya?"
"... "
"Dih, ngapain. Jajan doang. Ngopi lah ngopi," balasku, terkekeh pelan.
"... "
"Iya, nanti dibilangin. Dah ya, aku matiin."
"... "
Tut!
"Udah sampai?" tanya Hayden, menatapku yang mulai membereskan meja. Aku mengangguk, membuat pemuda itu membawa gelas kopinya di tangan, lalu beranjak dan berjalan di sampingku.
"Gate mana katanya?" Hayden menunduk, menatapku yang sekilas menatapnya, lalu menyedot kopiku. Pertanyaannya tidak kujawab, hanya mendapat gidikan bahu, membuatnya mendengus.
Kami berjalan dalam diam tidak lebih dari dua menit. Dan itulah dia. Lelaki yang merupakan kakak kandung lebih tua dua tahunku itu sedang berdiri di sana, memainkan ponsel dengan wajah serius.
Begitu, ponselku langsung bergetar. Sepertinya dia sedang meneleponku.
Hayden di sampingku mengernyit, menatapku, kemudian mencari yang kutatap. "Itu abang lo?"
Aku mengangguk, memberikan gelas kopiku dengan paksa ke tangannya- mengabaikan getaran telepon yang terus terdengar di ponselku- lalu berlari dengan cepat untuk kemudian memeluk lelaki itu dengan erat.
Mas Eno tampak terkejut, tetapi kemudian membalas pelukanku dan menepuk-nepuk punggungku kasar. Iya, kasar. Seperti dua atlit gulat yang habis bertanding, kemudian melakukan hand shake khas laki-laki sebagai tanda perdamaian. Iya. Sekasar itu.
"Mas, apaan sih kasar banget?!" protesku kesal, melepas paksa pelukan kami.
Dia, Mas Eno tertawa. Matanya menyipit seiring dengan suara tawa lembut itu keluar dari mulutnya. "Sori, gan. Tapi kan koe ngerti dewe, nek aku 'anti lenjeh lenjeh club'," ucapnya kemudian sambil terkekeh. (Sori, gan. Tapi kan kamu tahu sendiri kalau aku 'anti lenjeh-lenjeh club')
"Karepmu wae lah, nek aku luweh." Aku membalas sekenanya, memutar kepala ke belakang demi menemukan Hayden yang berdiri kaku sambil memegangi dua gelas kopi di masing-masing tangannya.
Begitu bertemu pandang dengan Kak Eno, dia langsung menyengir. Canggung sekali.
"Oh, halo abangnya Ryena!"
Mas Eno terkekeh, lantas melangkah maju untuk melihat Hayden lebih jelas. "Halo, juga... Hayden?"
Hayden mengangguk.
"Wah, kamu milihnya yang tinggi ya, Na?" celetuk Mas Eno sambil menoleh menatapku. "Sama yang matanya lancip kayak kucing gini ya?" lanjutnya membuatku menghela napas pendek. Muncul kembali sifat cerewetnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/206344454-288-k224650.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] ATÉLEIA
Teen Fiction[ hwangshin ] Bukan soal badboy, badgirl, softboy, ataupun softgirl. Hanya tentang Hayden, Ryena, kecacatan, serta ketidaksempurnaan mereka. ❝We're different, totally different. Then, what's the similarity do we have? Imperfection? ❝Yes, imperfe...