24ー Behaviour

222 25 55
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ




























































































































"Iya jadi gitu, ada pertanyaan?!" seru Kak Javier memenuhi kelas.

Seketika hening.

Saling melempar tatapan. Mengode lewat mata dan gerakan bibir yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang tertentu.

Kembali ke Kak Javier yang masih mempertahankan senyuman lebarnya di depan sana. Apa tidak pegal sejak tadi terus tersenyum sebegitu lebarnya?

Bima akhirnya mengangkat tangan. "Maaf Bang, bisa lebih dijelaskan di bagian Pensi?"

Kak Bianca si Ketua OSIS yang mengambil alih. Gadis cantik dengan tubuh tinggi semampai itu mengangguk dengan senyuman singkat. "Kayak yang gue bilang tadi, pensi ini bukan perlombaan ataupun kompetisi. Kalian bebas berkreasi, mau bikin pentas drama, tari tradisional, modern dance, band, vokal grup, atau apalah terserah. Yang penting semuanya kerja dan dibagi adil.

Sebelum pentas seni kan ada lomba-lomba ya. Nah, tolong dibagi yang rata siapa yang ikut lomba, siapa yang ikut pensi, siapa yang ngurus stand, dan siapa yang ngebantu bagian masing-masing. Pokoknya harus adil, gue nggak mau sampai D-1 ada yang ngeluh begini begitu. Harus adil, ya harus adil."

"Kak, penjelasan ya, bukan ceramah," potong Chendana membuat Kak Javier dan Kak Echan bertepuk tangan untuk pemuda mahal itu. Sedangkan yang ditegur hanya mendecak dan memasang wajah kesal.

Berani-beraninya Chendana berkata begitu kepada Ketua OSIS?!

Oh karena ini Chendana, aku batal penasaran.

Alasannya? Karena dia adalah Chendana. Selesai.

"Yang nggak lo pahami apa?" Kak Bianca melanjutkannya. Menatap Bima yang tampak gugup tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Lelaki jangkung itu kemudian berdeham.

"Tadi kan baru dijelasin sekilas. Nah, kita butuh rincinya. Misal, dari ketentuannya, gitu."

Kak Bianca mengangguk paham. "Waktunya maksimal tujuh menit. Kostum dan yang ditampilkan bebas. Peserta maksimal sepuluh anak, minimal tiga anak. Temanya bebas, tapi gue saranin tradisional. Walaupun bukan kompetisi, tapi penampilan terbaik bakalan ditampilin di malam puncak.

Iya, gue tau kalau malah jadi nyusahin. Tapi ya jangan dijelek-jelekin juga ya penampilannya. Inget, kalian bawa nama kelas loh. Kalau nggak mau di-bully silahkan berusaha semaksimal mungkin," kikiknya menyela Jasmin yang hampir bersuara. Gadis itu kemudian mencibir, membuatku terkekeh pelan dan menepuk bahunya pelan.

"Btw, nggak cuma pensi. Kalian juga boleh loh dengan sukarela nampilin sesuatu di malam puncak nanti. Yang minat bisa bilang ke gue, Japin, Echan, Felix, Siena, atau anak OSIS lainnya. Jangan andelin dia, karena dia nggak tanggung jawab." Kak Bianca melanjutkan, menunjuk Jeje membuat pemuda itu memicingkan mata.

"Apa maksud?!"

Kak Bianca membuang muka tak peduli, lalu kembali memasang senyum cerah.

"Ada lagi?!"








































"Oit, Caris! Mau kemana?"

Gadis tinggi dengan garis wajah lembut itu menoleh, lantas menyengir begitu menyadari aku yang memanggilnya.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang