35ー ChatChitChat

198 27 110
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ























































































Aroma sedap masakan tercium jelas, memasuki penciuman Reino yang kini sedang nyaman membalas pesan dari teman-temannya. Lelaki itu beringsut duduk di ranjang. Masih menatap ponsel di mana teman dalam satu grup chatnya bersahutan.

Karena terlanjur penasaran, lelaki yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk ketiga kucingnya sejak remaja itu akhirnya beranjak, menemui dua wanita tercintanya yang sedang berada di dapur.

Dilihatnya sang Bunda yang sedang masih sibuk dengan sambal di wajan, sedangkan si adik sedang mengaduk empat gelas teh bergantian.

Reino mendudukkan dirinya di kursi meja makan, menatap berbagai macam lauk yang sudah tersedia dengan tatapan lapar.

"Ayah pulang cepet, Bun?"

"Iyo."

Alih-alih Bunda yang kini terkikik, Ryena justru lebih dulu menjawabnya. Satu-satunya lelaki yang ada di sana mencibir karenanya.

"Hapene delehke sek, cah bagus."
(Hapenya ditaruh dulu, anak ganteng)

Reino mendongak, menyengir kepada Bunda yang barusan menyindirnya sembari meletakkan semangkuk sambal merah yang menjadi favorit keluarga itu bergabung bersama lauk lainnya. Ia menurut, meletakkan ponsel lalu memandang si adik yang mendudukkan diri di sebelahnya.

Dipandangnya wajah tanpa ekspresi itu bingung. "Ngopo?"

"Your brother-in-law," sahut Ryena singkat.

"Astagfirullah," geleng Reino menatap adiknya menghakimi seolah dirinya adalah seorang ulama besar.

"Apaan sih," decak si adik kemudian. "Try-out SMA sesusah itu emangnya?"

"Kenapa emang? Udah mulai sibuk?"

Ryena mengangguk. Reino terkekeh.

"Iya kali ya,  Mas kan nggak serius waktu SMA dulu."

"Nggak serius apanya sih, waktu liat pengumuman langsung keterima di UGM. Mana ada kayak gitu belajarnya nggak serius?" cibir Ryena.

"Dih, sewot?" Reino mengernyit. "Tergantung juga sih, Haydennya gimana? Dia mau kuliah di mana? Dia punya target setinggi apa?"

"Gitu?"

Reino mengangguk. "Kasihan, baru seminggu jadian padahal."

"Sepuluh hari lebih sembilan jam." Ryena meralat.

Bunda menggelengkan kepalanya. Mengulas senyum geli sembari mengamati interaksi kedua anaknya yang mulai beranjak dewasa itu. Sepertinya mereka lupa kalau ada seseorang selain mereka di sana.

Masih sambil mendengarkan curhatan si adik tentang Mas Doi, seseorang yang baru datang mengalihkan perhatian Reino. Lelaki itu tersenyum, lalu bersalaman ala bro dengan Ayah mereka yang datang dengan wajah lelahnya.

Walaupun begitu, pria itu masih berseri. Segera menanggalkan jaket yang digunakannya dan menyampirkannya di sandaran kursi.

Menyesap sedikit tehnya, pria itu kemudian memimpin acara makan malam yang selalu keluarga itu laksanakan full team di hari Selasa, Kamis, Sabtu dan Minggu.

"Sekolah gimana, Nak?"

Ryena mendongak, mengunyah makanannya perlahan lanjut menelannya sembari menatap Ayah yang baru saja menyendokkan udang ke mulutnya. "Ayah nanya Ryena?"

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang