28ー Sob

186 30 52
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ


























































































































































Pemuda itu membuka mulut, masih tersenyum. "Ryena, apa kabar?"

"... K-keano...?" gumam Ryena refleks. Suaranya lirih, namun sialnya masih bisa didengar oleh si pemuda yang disebut namanya.

Sosok tinggi bernama Keano itu kembali mengulas senyum, matanya juga ikut tersenyum, membuat dada Ryena mencelos, seperti jantungnya jatuh ke perut. "Masih inget ternyata," Ia bergumam masih dengan senyumannya.

Ryena diam, mengeratkan pegangannya dengan ponselnya, tak berani menatap wajah yang dulu menghiasi hari-harinya itu.

"Ken! Sini!"

Panggilan itu membuat keduanya menoleh bersamaan, kepada seseorang yang melambaikan tangannya kepada Keano. Pemuda itu tersenyum tipis, menatap Ryena sejenak, kembali memamerkan senyuman khasnya kemudian berlari menuju si pemanggil dan berjalan bersamanya. Meninggalkan Ryena yang merasa ingin menangis.

Hayden kok lama banget.

Barusan disebutkan, ia tampak keluar dari toilet, menoleh dan menatap Ryena yang kini sudah tidak secemas tadi. Rautnya sudah berubah, jadi lebih datar dan sulit ditebak.

Gadis itu membiarkan Hayden mengambil alih tas belanjaan di tangannya, kemudian ia memimpin jalan dan melewati pusat es krim tujuan mereka membuat Hayden mengernyit. Padahal kan dia yang tadi antusias, kok malah dilewatin?

"Na, nggak jadi Mint Chocolate?" tanya pemuda itu bingung. Ryena menggeleng tanpa menatapnya, menjulurkan tangannya hanya untuk mempertemukan telapak tangan mereka, menggenggam tangan Hayden dengan erat.

Hayden tersentak kaget, namun kemudian memutuskan untuk tak mengatakan apa-apa melihat raut Ryena yang tampak tak bersahabat.

Ia hanya mengangguk, mengikuti kemana langkah Ryena pergi, yang akhirnya berhenti di tempat parkir.

"Ayo pulang," ajak gadis itu, lirih.

Hayden mengernyitkan alis, Ryena nggak biasanya kayak gini, batinnya.

Ia menurut, membawa mereka ke jalan pulang dengan kecepatan sedang, mencoba untuk tak membuat Ryena merasa tak nyaman.

Di tengah perjalanan, Ryena sudah tampak lebih baik, ia meminta Hayden untuk berhenti di sebuah taman kota yang tidak terlalu ramai, ada cafe dan toko makanan manis juga di sekitarnya. Si pemuda menurut lagi, memarkirkan mobil papanya di tempat parkir, lalu kembali merasa tersentak karena Ryena langsung menggenggam erat tangannya, membawanya berkeliling sambil menghirup udara segar tanpa menghiraukan raut Hayden yang tiba-tiba memerah dan menikmati detak jantungnya yang semakin cepat.

Lelah dengan perjalanan mengitari taman, Ryena mengajak Hayden duduk di salah satu kursi kosong diantara orang-orang yang berlalu lalang. Orang-orang yang hangout dengan teman, keluarga, dan yang sedang berkencan.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang