ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ
Memang dasar manusia, banyak salahnya. Banyak mengeluhnya, kurang bersyukurnya.
Kemarin, setelah jenuh akibat pelajaran dan kegiatan selama kurang lebih satu semester terakhir, mengeluh terus meminta libur. Entah itu menjadi malas berangkat ke sekolah lah, malas-malasan ketika di sekolah, hingga meminta memajukan tanggal libur. Berlebihan.
Sekarang, setelah libur kurang lebih dua minggu, sudah merasa bosan, ingin cepat-cepat pergi ke sekolah. Rindu guru, teman, gebetan, pelajaran.
Astaga, orang-orang ini.
Tetapi, sialnya aku termasuk dari golongan tersebut.
'Hhhhhh' aku mendesah berat, membuang napas yang sudah mengelilingi paru-paruku sekian detik lalu. Mataku menatap ke atas, ke langit-langit. Entah sudah menjadi kebiasaan sejak kapan, langit-langit menjadi salah satu objek pandang favoritku ketika sedang merebahkan diri di ranjang.
Selain karena terasa lebih tenang— kalau lampu sudah dimatikan—, memandang lurus ke atas bisa membuat pikiranku hanyut. Tidak tahu pasti penyebabnya, tetapi setelah itu pasti aku akan memikirkan banyak hal.
Merenungkan tentang apa yang aku sesali kemarin, memikirkan tentang apa yang akan aku lakukan hari ini, merencanakan apa yang akan aku lakukan di hari esok.
Terkadang juga aku menjadi mengingat masa lalu. Hitam legam di atasku itu seperti mempunyai andil dalam memori. Seolah satu persen ingatanku ada di dirinya.
Kejadian menggelikan, menyenangkan, mengharukan, menyedihkan dan mengesalkan. Hitam legam itu menyaksikan semuanya.
Hitam legam pertamaku pernah melihat diriku ketika menjadi sekecil semut yang seolah kehilangan semuanya. Untungnya, hitam legam pertamaku tidak. Dia baru melihat yang baik-baik saja, mungkin kedepannya dia akan menjadi sahabat terbaikku selanjutnya?
Entahlah. Mungkin saja.
Hm,
... Keano....
Aku tentu ingat nama itu.
Keano Aryasatya Lakeswara.
Adalah nama yang dahulu sering kupuja dan kupuji terhadap sangat empunya nama yang hanya akan tersenyum atau tertawa manis kemudian mencubit pipiku gemas.
Adalah nama yang berhasil membuatku jatuh hati dan patah hati untuk pertama kali, terlebih kepada sang empunya.
Adalah nama yang membuatku menyesal karena pernah merasa sebegitu menyesalnya sampai membuatku menjadi semenyesal ini.
Adalah nama yang membuatku sedih, geli, dan risih terhadap diriku sendiri.
Dia terlalu menjengkelkan, sampai-sampai membuatku jengkel kepada diriku sendiri.
Lelaki pemilik bibir dan mata yang selalu tersenyum berbarengan. Lelaki yang membuatku senang dan susah berbarengan.
Iya, lelaki berengsek itu.
Sebentar... mengapa jadi memikirkan masa lalu?
Kan, gara-gara si hitam legam itu aku jadi kembali menyisipkan seonggok sampah lagi ke otakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] ATÉLEIA
Teen Fiction[ hwangshin ] Bukan soal badboy, badgirl, softboy, ataupun softgirl. Hanya tentang Hayden, Ryena, kecacatan, serta ketidaksempurnaan mereka. ❝We're different, totally different. Then, what's the similarity do we have? Imperfection? ❝Yes, imperfe...