39ー Pulang

201 26 53
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ






































































"Hahaha, makan terooss!" seru Jiro meledek Ryena yang baru saja mendudukkan diri. Di tangannya ada sebungkus cilok yang sudah ia kunyah satu buah-adalah alasan mengapa pemuda tupai itu berseru demikian.

Ryena tak begitu memedulikan, hanya mencibir kemudian lanjut menggigit cilok yang dilumuri bubuk merah itu.

"Buset Na, usus lo nggak perih?" Jeandra membuka suara, mengernyit membayangkan jika ia yang memakan itu.

Gadis yang sebagian rambut sebahunya diikat itu mengedikkan bahu. "Nggak tuh. Makanan asin kalau nggak pedes, nggak enak tahu."

Hayden meneguk es tehnya, kemudian terkekeh. "Bener! Kalau nggak pedes tuh rasanya kayak yang... ya lo tahu lah gimana?"

Lalu Hayden dan Ryena berhi-five ria.

Calista menggeleng-geleng. "Enakan makanan manis lah!"

Jeandra yang baru saja mengirimkan balasan chat kepada Bima itu langsung menoleh dan menatap Calista heran. "Emang lo kalau makan nasi lauknya manis, Kak?"

"Lah?" Jiro mengernyit, matanya melebar perlahan. "Iya ya.... Goblok juga pacar gue ini?!"

Sesaat kemudian telinga milik Hayden, Ryena, dan Jeandra dengan kompak berdenging karena lolongan Jiro yang lantas meringis mengusap kepala belakangnya yang baru saja terkena rasengan.

Keempatnya meringis ngilu karenanya.

"Hng. Tapi lo barusan makan bakso pakai sambel, Kak." Ryena berucap, dan diangguki Jeandra yang kemudian menimpali,

"Dan kalau gue nggak salah hitung, lo habis empat sendok."

Jiro sempat menatap Jeandra dengan pandangan 'Lah siapa lu merhatiin cewek gue?!' namun tidak ditanggapi oleh yang lebih muda, membuatnya melengos dan beralih kepada Calista yang terdiam.

Gadis dengan name tag Calista Antheia Z. yang terjahit rapi di seragamnya itu menatap mangkuknya yang kosong-hanya menyisakan sedikit kuah bercampur cabai di dasar mangkuk, sendoknya, serta mangkuk itu sendiri.

Ia mengangguk singkat kemudian. "Iya juga ya?"

Hayden meringis. "Woi, ini kenapa sih?!" serunya frustasi sendiri.

Jeandra mengerikan bahu. Setelah mematikan ponselnya, ia mengedarkan pandangan kemanapun karena sedang malas mengganggu dua pasangan yang kini sedang sibuk dengan dunia mereka masing-masing.

Bahkan, godaan-godaan tak bermutu yang saling dilontarkan Calista dan Jiro membuatnya hampir muntah, dan menyesal mengapa ia tidak membawa serta Rina tadi.

Ah, iya gadis itu bahkan baru saja selesai mengabari kalau dirinya sudah berada di rumah saudaranya.

Begini saja ia sudah rindu, lemah sekali.

Oke, kembali ke permukaan. Sosok yang sering dipanggil lumba-lumba karena suara melengkingnya yang satu tim dengan Chendana itu memicingkan mata, menemukan Hanin yang baru saja keluar dari gerbang sekolah dan berdiri di seberang jalan tampak ingin menyeberang.

Iya, memang kelima remaja itu hanya makan di depan sekolah. Entah, tujuannya apa.

"Eh, Kak Hanin tuh." Jeandra berucap. Membuat empat muda-mudi lainnya menoleh kompak.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang