16ー Turning Back

239 43 40
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ


















































































Beberapa saat kemudian Ryena datang, menunduk, membawa sebuah kantung sedang di tangannya. Hayden menyodorkan tangannya di depan tangan gadis itu. Tetapi si gadis tak menghiraukannya, memilih untuk berjalan lebih dulu meninggalkan Hayden dengan senyuman mirisnya.

Salah siapa salah?!



























Setelah berjalan selama kurang lebih lima menit, mereka berhenti di taman. Di dekat toko es krim yang biasa mereka datangi di saat senggang.

"Mau jajan nggak?" Hayden bertanya, melirik ke kaca spion dimana si gadis tidak menjawab, hanya mengangguk dan berangsur turun dari motor, berdiri diam menunggu si pemuda melepas helmnya.

Si gadis sudah paham, mereka akan bicara. Di sini. Dan ia berharap, semoga bisa menyelesaikan semuanya. Entah apa akhrinya nanti, ia tak peduli. Ia hanya tak ingin jika harus berlarut-larut dalam masalah tanpa adanya kejelasan.

Semua orang begitu, bukan?

Keduanya duduk di kursi taman setelah berjalan bersisian dengan jarak yang lumayan. Seperti berjalan bersama orang asing.

Bahkan di kursi pun, mereka duduk dengan jarak. Seperti Arktik dan Antartika. Antara tak berani mendekat dan tak ingin mendekat. Lagi-lagi, seperti orang asing.

"Gue nggak bisa basa-basi." Hayden mengeluarkan suara, setelah beberapa menit mereka duduk dalam diam. "Gue mau minta maaf, gue nggak tahu dan nggak paham salah gue dimana, tapi gue minta maaf."

Ryena membelalak, melirik pemuda di jauh samping kanannya itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gue nggak tau kalau perlakuan gue sama Hanin kemarin salah. Gue nganggepnya Hanin tuh temen gue. Dia luka, gue temennya, berusaha biar dia cepet dapet perawatan. Kita satu tim, gue lebih duluan liat dia. Maaf kalau gue jadi abkayak nggak acuh, gue nggak liat lo jatuh. Maaf," lanjut pemuda itu kemudian, menunduk.

"Gue nggak tau kenapa lo minta maaf." Ryena membuka mulut, memindahkan anak rambut yang menutupi matanya ke belakang, menampakkan jelas mata gadis itu yang sedikit membengkak. Ia menatap Hayden, tanpa ekspresi, tak peduli jika matanya tampak aneh.

"Gue nggak tau kenapa lo minta maaf," ulangnya, membuat si pemuda yang ditatap mendongak, menatapnya, menatap matanya.

Iris gelap mereka saling bertemu, terkunci, diam.

"Gue nggak butuh yang namanya bantuan. Gue pernah cedera, gue sering cedera. Tapi inisiatif lo yang bikin gue ngerasa... entahlah. Mungkin salah gue juga karena terlalu baperan. Harusnya gue nggak-"

Perkataannya terputus. Ia tersentak. Tangannya terasa hangat, digenggam oleh si pemuda yang menatapnya dengan tatapan... memohon?

... Apa?

"Harusnya gue nggak gampang baper. Kalian berdua saling kenal, pernah dan masih deket, pernah dirumorin pacaran. Emang gue yang salah karena terlalu permasalahin itu, gue yang salah karena... "

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang