27ー Smile

188 25 61
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ


























































































"Oit, bawa cewek Den?"

Aku dan Hayden kompak menoleh menuju asal suara, dari kakak kelas bergaris wajah tegas yang sedang mengulas senyum tipis sembari melangkah mendekat.

Hayden menyengir, mengiyakan. "Mau kemana lu?"

"Ada lah, panggilan dari Papa. Katanya saudara gue dateng, gitu," balas lelaki tersebut -Kak Eric setelah diam sesaat.

Alis Hayden terangkat, matanya melebar terkejut. Aku yang melihatnya malah jadi bingung. Kok kaget, sih?

"Lo punya saudara?!" kagetnya.

Kak Eric mengangguk-anggukkan kepalanya. Tampak agak ragu. "Kembaran malah."

Hayden langsung berekspresi seperti '(•_•) '

"Mau berapa banyak anak kembar di sekolahan, anjir?" gumamnya malah jadi pusing sendiri.

"Gue aja kaget, apalagi elo kan? Baru aja dikasih tau kemarin anjir, tau-tau udah dateng aja," sungut Kak Eric kesal. "Mana cowok lagi."

Aku mengerjap. "Cakep nggak, Kak?"

Langsung saja, satu sentilan di kening kudapatkan dari Hayden dengan tenaga ekstra. Membuatku mengaduh dan meninju lengan kirinya kuat.

"Mirip gue katanya, ya jelas ganteng lah. Eh, tapi gantengan gue sih kemana-mana." Kak Eric menyugar rambutnya dengan cool -mungkin- setelah berhenti terkekeh.

Hayden menaikkan alis. "Kalau tingginya, tinggian siapa?"

"Anjing?!" umpat Kak Eric kesal, mengangkat kursi yang berada di kanan Hayden untuk dipakainya sebagai ancaman, seolah mengatakan kalau kursi di tangannya itu bisa kapan saja melayang dan menghantam wajah ganteng-menyebalkan lelaki berkelebihan muatan bibir itu.

Hayden menyengir, menyatukan telapak tangannya memohon ampun. "Yaudah lah sana, buru ditemuin. Ntar ngambek lagi malah kabur lo nya nggak dateng-dateng," suruh lelaki bertopi itu mengibaskan tangannya dengan gestur mengusir.

Kak Eric mendecih, kemudian berpamitan dengan sarkas kepada Hayden dan melempar senyum singkat kepadaku.

Aduh, Ren, ingat ada si jeding yang berada di sampingmu.

Lah, memangnya dia siapa?

Lupakan.

Setelah Kak Eric lenyap dimakan bangunan rumah-rumah tetangga, Hayden memasuki rumah yang didominasi warna abu-abu ini. Jadi, tadi sebenarnya kami akan berbelanja bahan untuk makanan tradisional Yogyakarta dan sekitarnya yang akan dibuat oleh Bunda- sesuai dengan janjinya beberapa waktu lalu. Tetapi di tengah jalan, dia baru ingat kalau meninggalkan flashdisk berisi tugas-tugas dan file rahasianya-tidak perlu kujelaskan, bukan?- di rumah Kak Javier. Iya, ini di rumah si Dilan jadi-jadian itu.

Dan sialnya, aku tidak diajak masuk sama sekali. Hanya disuruh menunggu di teras seperti orang pengirim kue kenduri yang kebingungan mencari si tuan rumah.

Ngelantur.

Ya, begitulah intinya. Selanjutnya Hayden membelokkan mobilnya-eh ralat, mobil papanya- di gang perumahan megah yang di mana masih satu kawasan dengan rumah Inggris Kak Felix. Aku lupa ada di blok berapa, tetapi aku berharap bisa berpapasan walau hanya sejenak, tidak tahu mengapa.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang