03ー Ruang Guru

615 158 53
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ


















































































"Ryena, Rina, tolong bawakan buku kalian ke meja saya." Bu Aili berdiri, membuat aku dan Rina ikut berdiri. Mengapa bukan Edelyn? Karena dia baru saja pergi ke kamar mandi dengan alasan kebelet. Memang modusnya saja sih, padahal tinggal 2 menit menuju bel istirahat tapi dia malah keluar duluan. Dan yang ada di hadapan Bu Aili adalah aku, juga Rina yang di belakangku.

Bu Aili mengucap salam, lalu meninggalkan kelas diikuti aku dan Rina di belakang dengan setumpuk buku tulis ditangan masing-masing. Kami berjalan bersisian. Mengobrol sambil tertawa-tawa di sepanjang koridor. Si gadis imut di sebelahku ini memang pandai membuat orang tertawa. Dia lemah lembut, perhatian. Tapi karena sering diam dengan orang asing, dia jadi dikira perempuan garang. Tidak bisa membayangkan bagaimana menjadi Jeje yang selalu dekat dengannya sejak pertama kali masuk dulu.

Saking asyiknya kami mengobrol, Bu Aili sudah sampai hampir sejak tadi. Sampai-sampai kami dikira kabur karena beliau terlihat lama menunggu. Setelah meletakkan buku ke atas meja, kami berpamitan agara bisa segera menyusul Edelyn yang tadi tampak berlari ke kantin. Awas saja sampai tidak membelikanku apa-apa.

Kami keluar dari ruang guru, bersamaan dengan dua laki-laki yang juga keluar dari pintu satunya. Itu Hay- si penunggu bikin ujung dan Kak... Javier? Entahlah aku lupa siapa namanya.

Kami berpapasan, nyaris saja aku belagak tidak kenal ketika si Javier Javier itu tiba-tiba dengan sksd-nya menyapa kami. "Halo Rina, halo... Ryena?"

Tentu saja Rina si gadis lemah lembut dengan senyuman khasnya balik menyapa dan menanggapi basa-basi yang basi dari seorang Javier yang terkenal dengan 'ketidakseriusannya'. Aku dan si penunggu bilik hanya diam mendengarkan. Sesekali curi-curi pandang. Tidak apa-apa kan? Tidak dilarang kan?

"Kak Javier ngapain di kantor guru?"

"Biasa, tadi nggak sengaja bikin keributan sampe ngeganggu kelas sebelah, hehe."

Mana ad-

"Mana ada bikin ribut nggak sengaja." Si penunggu- Kak Hayden menyeletuk. Mewakili kata batinku. Membuat Kak Javier memutar bola matanya, lalu mendorong Hayden dengan sepenuh tenaga hingga dia sedikit oleng ke belakang. "Cih, lemah." Decihnya, membuat Kak Hayden langsung berdiri dan menyentil dahi sahabat seperberisikannya itu. Kami berdua terkekeh pelan melihatnya.

"Terus lo ngapain di sini, Rin?" Tanya Kak Javier. Oh masih berjalan ternyata.

"Ngebawain buku tulis sekelas, Kak. Sama Ryena tadi."

Kak Javier mengangguk-angguk. Matanya beralih kepadaku. "Kalo Ryena ngapain?"

"Ya nemenin Rina lah. Gimana sih?" Jawabku kesal sendiri.

"Keknya tadi dia udah bilang deh, lo amnesia ya?" Hayden menyahut.

"Oiya juga ya." Javier menggaruk kepalanya, "Bodoh banget gue."

"Nah tuh sadar." Kataku, member Hayden yang hampir membuat mulut langsung mingkem dan mendecih. Aku menatapnya bingung. Tidak sepenuhnya sih, karena dari ekspresi wajahnya te tebak kalau dia tampak akan mengatakan sesuatu yang sama dengan yang barusan ku katakan.

"Lo tuh cenayang atau dukun sih?" Tanyanya.

"Kenapa emang?"

"Barusan gue mau ngomong gitu, lo udah ngomong duluan." Jelasnya.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang