26ー Matches

200 28 57
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ











































































































































































"Na!"

Ryena menoleh, memasang wajah datar, tidak mempan dengan kejutan yang baru saja Hayden berikan. Niat ingin mengagetkan malah hilang jadi kaget sendiri.

"Muka lo kenapa?!" seru pemuda itu heboh.

Ya, bagaimana tidak heboh kalau tiba-tiba melihat Ryena yang baru kemarin dia temui dan terlihat baik-baik saja, setelah keesokannya air muka gadis itu sudah berbeda.

Seperti... menahan sakit?

Ryena baru saja akan membuka mulut, tetapi bibirnya malah meringis.

"Lagi dapet dia, biarin aja." Edelyn datang entah dari mana, mendudukkan diri tak jauh mereka. Kemudian lanjut mengobrol dengan gadis lainnya. Karena seingatnya, terkadang Ryena akan terus diam dan berakhir tidur ketika sedang kesakitan seperti ini.

Hayden mengernyit. "Hari pertama?"

Ryena menggeleng. "Kedua."

Hayden lantas meringis. Matanya melirik jam dinding, mengira-ngira waktu istirahat yang masih tersisa. Sebenarnya kedatangannya ke sini adalah untuk menginfokan bahwa ia sudah memilih beberapa lagu iringan dan rancangan koreografi untuk penampilan kolaborasi mereka. Tetapi... ya sudahlah, kan bisa dibicarakan nanti.

"Masih sepuluh menit, mau ke UKS?" tanya Hayden menatap Ryena khawatir.

Bertahun-tahun ia hidup bersama Yeira yang juga perempuan, tentu ia paham bagaimana memperlakukan mereka ketika dalam keadaan seperti ini.

Ryena berpikir sebentar, lantas mengangguk dan beranjak, berjalan dengan langkah pelan. Hayden yang mengekor gadis itu meringis pelan. Penasaran bagaimana sakitnya.

Tak jarang pemuda itu diam-diam meringis prihatin ketika melihat Yeira yang meringkuk kesakitan memeluk perutnya. Gadis itu pun kadang mudah terbawa emosi saat masa-masa begini, tetapi sepertinya tidak untuk Ryena. Gadis itu tidak terlihat begitu.

Sesampainya di UKS, Hayden segera membaringkan Ryena di brangkar. Dia kemudian mengambil minyak kayu putih, lalu memberikannya kepada si gadis yang sedang memeluk perutnya dengan wajah kesakitan.

Hayden meringis lagi.

"Nih, biasanya Lucy pake di perutnya."

Ryena mengangguk, menerima minyak tersebut dan menarik kemeja seragamnya ke atas tanpa aba-aba membuat Hayden melotot dan refleks membalikkan tubuhnya. Kemudian ia melangkah dengan ragu sambil bergumam, "G-gue tunggu di luar."

Ryena meringis ketika membalurkan minyak itu ke perut ratanya, tetapi masih sempat terkekeh ketika menyadari pemuda yang membantunya barusan salah tingkah.

Gadis itu sedang membenarkan roknya ketika pintu dibuka dan muncul Yeira dari sana. "Na, nggak apa-apa? Masih sakit nggak?"

Ryena terkejut, apalagi ketika Yeira meletakkan sebuah plastik yang ternyata berisi kompres tempel panas untuk meredakan sakit dan tablet tambah darah lengkap dengan sebotol air mineral.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang