36ー Pastime

202 24 99
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ






























































































"Pulang jam berapa?" tanya Hayden, melirik ke arah gadisnya sejenak yang sedang menatapnya sembari tersenyum.

"Kayak yang kemarin, jam sepuluh. Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Nanti beneran mau main sekelas?" lanjut lelaki itu kemudian membalik halaman bukunya. Mengangkat lengan, mengubah posisinya menjadi merangkul Ryena yang tadinya memeluk lengannya jadi memeluk dirinya.

"Iya. Kenapa?"

"Kenapa kenapa mulu," dengus Hayden masih fokus dengan deretan tulisan di bukunya. "Nggak apa-apa. Nanti berangkat sama siapa? Berdua doang?"

"Kok tau kalau satu motor berdua?" kernyit Ryena mendongak, menatap rahang Hayden yang tampak begitu tegas dari bawah.

"Ian lah, siapa lagi?"

Ryena yang kini mendengus. "Iya dah. Sama Bima kalau nggak pakai mobil Edelyn sih, kenapa?"

"Tadinya mau nyuruh lo sama Ian aja. Tapi inget dia jelas sama ceweknya."

Gadis itu kembali menengadahkan kepalanya, senyum menggodanya perlahan terbit setelah menangkap sesuatu. "Oohh... cemburu ya?" Ryena mencolek rahang Hayden yang langsung tampak risih kemudian.

"Dih, apaan sih? Siapa yang cemburu?" Lelaki itu menangkap telunjuk Ryena, kemudian ia letakkan kembali ke sisi pinggang lainnya, membuat gadis itu memeluknya lagi.

Ryena diam-diam tersipu karenanya. "Lo lah, siapa lagi?"

"Nggak tuh. Cuma mau mastiin aja, Ian kan gua percaya biar bisa jagain lo gitu. Kalau Bima kan gue nggak deket. Tapi kalau ikut mobil temen lo yang sepupunya Jiro itu sih nggak apa-apa," kilah Hayden lalu mengalihkan matanya ke halaman buku selanjutnya.

"Iya deh, yang penting lo seneng aja," dengus Ryena, mengeratkan pelukannya, menyandarkan kepalanya lebih nyaman di bahu lebar lelaki jangkung yang duduk bersandar di dinding ruang Perpustakaan yang sejuk karena tersembur AC. "Udah, lanjut belajar."

Hayden menggumam. Kemudian, seperti kata Ryena. Ia benar-benar membiarkan Hayden belajar dengan menutup mulutnya dan malah ikut membaca buku lelaki itu. Menelusuri kata demi kata kalimat berbahasa asing yang dicetak dengan ukuran kecil sembari masih memeluk tubuh kurus lelakinya.

"A'udzubillahiminassyaitonirrajim... "

Ryena dan Hayden kompak menoleh. Kontan mendengus hampir bersamaan mengenali sosok menyebalkan yang datang sembari membawa tiga perempuan di sebelahnya.

Walaupun disindir begitu oleh Jeandra, dan dilihat oleh Jasmin, Mia, dan Cherry yang datang bersama lelaki itu, bukannya merasa tersindir Ryena malah menggeser tubuhnya mendekat, memeluk Hayden lebih erat.

Empat orang lainnya melengos, sedangkan Hayden tertawa.

"Setan emang Ryena Joanne Shinta ini. Cowok lo lagi belajar, bukannya dibiarin tenang malah dibikin engap lo peluk-pelukin," geleng Jasmin berkomentar.

"Dih, gue lagi nyalurin energi, tau," kilah Ryena tak mau disalahkan.

"Nyalurin energi katanya," ledek Cherry menatap Ryena dari atas hingga bawah. Seolah menghakimi.

"Gue colok ya mata lo?!" Ryena melotot, menunjuk mata Cherry dengan jari telunjuk dan jari tengahnya yang berkuku sedikit panjang.

Cherry mengibaskan tangannya acuh, kemudian melirik Edelyn.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang