11ー Rounded Orange

280 65 106
                                    

ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ













































































"Temen-temen, minta perhatiannya dulu!" Suara Bima menginterupsi, membuat atensi seluruh isi kelas beralih dan fokus kepadanya. "Hari ini yang tanding lomba apa aja udah tau?" lanjutnya.

Kami semua mengangguk. "Basket putra!" teriak kami serempak.

"Yang mau tanding siapa aja?! Bima Check!"

Jeje di sisi kiriku mengangkat tangan, "JEANDRA!"

"Check!" sahut Bima mengacungkan dua jarinya.

"CHENDANA!" Seseorang di pojok ruangan berdiri sekilas.

"Check!" Sahut Edelyn bergaung dengan koor.

"HAIDAR!"

"Check!"

"HANAN!"

"Check!"

Bima bertepuk tangan sejenak. "Oke, kalo gitu karena udah dipanggil sama panitia, kita langsung ke lapangan aja, buat semua barang-barang yang dibutuhin boleh langsung dibawa biar ntar nggak bolak-balik," Bagai titah raja, beberapa langsung mengikuti Bima dan sebagiannya lagi mengambil barang-barang yang sekiranya dibutuhkan untuk mendukung tim yang nanti bertanding.

Aku sendiri langsung menyusul Edelyn yang sudah berlari lebih dulu saking semangatnya. Biarkan barang-barang berat seperti bass drum, kursi kecil, senar drum, mini flag-yang ini tidak berat, sih-, dan teman-temannya dibawa oleh para lelaki saja. Kami kaum hawa sebagai penduduk hierarki tertinggi tinggal duduk di tribun dan bersorak sekuat tenaga.

Karena kegiatan class meeting sudah dibuka tadi pagi saat apel dilaksanakan, kami sudah boleh menempati tribun masing-masing. Sudah dibagi per kelasnya dan tribun kelas kami berada di bawah. Tepatnya di bawah kelas 3-5. Asik, bisa menyelam sambil minum air nih. Karena di bawah, bisa mencuci mata dengan lebih jelas karena dekat dengan lapangan, bukan?

Hehe, otakku.

"Sini aja deh, Ren!" Edelyn menepuk kursi tribun di sebelah kirinya. Aku mengangguk, menurut dan duduk tenang di sampingnya. "Ini yang tanding pertama kali kelas mana sama mana?" tanyaku di belakang telinga Edelyn. Karena, walaupun pertandingan belum dimulai, suasana sudah ramai luar biasa.

"Kayaknya sih dari kelas 3 dulu. Nggak tau juga jelasnya." Edelyn mengedikkan bahu. Aku mendengus, tumben sekali tidak update soal beginian.

Rina tiba-tiba datang, duduk di samping kiriku sehingga aku terapit diantara Rina dan Edelyn.

"Jeje mana, Rin?"

"Hah?" Rina menoleh ke bingungnya, sepertinya kurang keras.

"Jeje mana, Rin?!" tanyaku lebih dekat dengan telinganya.

"Oohh, Jeje?"

Aku mengangguk.

"Lagi rapat sih bareng anak futsal lain. Masang strategi kayaknya," jelasnya singkat. "Di bawah kok tadi, ada Kak Hayden juga," tambahnya setelah beberapa saat.

"Idih, gue nggak nanyain dia ya??!!" protes ku dengan raut kesal. Tetapi bukannya merasa bersalah, gadis berwajah bulat di sampingku ini malah tertawa. "Siapa tau nanyain ya kan?"

"Nah betul itu!" Edelyn menyahut. "Btw, lo udah sejauh apa Ren sama si jeding itu? Udah ngode ngode belum?" tanyanya malah mulai menggosip.

"Ngode ngode apaan sih. Nggak ada!" elakku menukikkan alis.

[ ✔ ] ATÉLEIA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang