ⓐⓣⓔⓛⓔⓘⓐ
"Mas Eno."
Reino menoleh sedikit, lantas kembali merapihkan lipatan-lipatan baju di kopernya. Ia menggumam untuk membalas panggil sang adik yang sejak tadi mencolek bahunya berusaha mencuri perhatian.
"Beneran harus balik besok?"
"Masih lusanya besok, Na. Kenapa sih, emang? Masih kangen?" Lelaki sembilan belas tahun itu terkekeh. Menarik resleting koper dan menguncinya rapat. Kemudian ia membalikkan tubuh dan duduk di sebelah Ryena di atas ranjang, tangannya meraih Wulan dan memeluknya erat.
"Masih, tapi Mas Eno ngeselin. Jadi aku nggak tahu sebenernya aku tuh masih kangen apa cuma dendam doang?"
"Dendam, katanya," kekeh Reino beralih merangkul adiknya. "Bilang kangen aja susah. Tsunderyena, bukan Cinderyena, indeed."
"Ih, apaan sih?" Si gadis mendecak sebal seraya menepis tangan besar sang kakak dari bahunya. "Geli, tahu. Mana berat lagi!"
"Halah, sok tenan," Mahasiswa Teknik Komputer itu mengusak surai lembut adiknya gemas. Menatap wajah yang agaknya berbeda dengannya itu sebentar. "Btw, abis enam belas tahun barengan, Mas baru sadar kalau kita nggak mirip..."
(Halah, sok banget)"Eh?" Si gadis mengerjap, menatap wajah tampan kakaknya beberapa saat. "Iya juga, ya?"
"Ya, bener juga sih. Kamu lebih mirip Bunda, Mas lebih mirip Ayah."
"Hng? Iya juga, ya?"
" 'Iya juga, ya?' terus sih?" decak Reino menggeleng-geleng. "Tapi nggak apa-apa lah, yang penting Mas ganteng."
"Dih?! Gantengan Hayden kemana-mana, kali."
"Heleh, Hayden doang. Ketawa juga merem kok dia, apanya yang ganteng? Mending Reino yang ketawa aja masih bisa melek. Hayden mah, udah receh, dibikin ketawa terus ditinggal nggak bakalan sadar kali."
Ryena tertawa, menepuk-nepuk paha kakaknya saking kerasnya. "Anjay, bener! Hahaha. Mas Eno mulutnya jadi licin gini, sama Kak Shannon nggak dibales chatnya apa gimana?"
Mendengar nama familiar itu Reino langsung mesam-mesem. Dalam benaknya muncul bayangan wajah sebal gadis yang dimaksud akibat sesuatu yang ia lakukan siang tadi.
"Nggak bales juga nggak apa-apa, bentar lagi juga ketemu, hehehe." Ia tertawa sendiri, menyugar poni panjangnya lantas tersenyum geli.
Ryena memandang kakaknya dengan tatapan 'Ini orang kesurupan apa sih, anjay?' sembari menghujatnya dalam hati.
"Nggilani, lek. Tak foto, kirimke Mbak Shannon modar koe." Gadis itu sudah bersiap-siap memegang ponselnya kala sang kakak menahan tangannya.
(Nyeremin. Aku foto, kirim ke Mbak Shannon mampus kamu)"Kirimke wae, aku ra masalah. Paling engko Hayden ngejak pedhot bar weruh rupamu pas tangi turu mau. Koyo singo, nggilani!" Reino mengedikkan bahu tak acuh.
(Kirim aja, aku nggak masalah. Mungkin ntar Hayden ngajak putus habis lihat mukamu pas bangun tidur tadi. Kayak singa, nyeremin!)Sang adik hanya mendecak. Lantas beranjak dan menendang koper kakaknya dengan kesal sebelum buru-buru berlari keluar kamar karena si empunya barang sudah siap melemparnya dengan bantal.
![](https://img.wattpad.com/cover/206344454-288-k224650.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] ATÉLEIA
Teen Fiction[ hwangshin ] Bukan soal badboy, badgirl, softboy, ataupun softgirl. Hanya tentang Hayden, Ryena, kecacatan, serta ketidaksempurnaan mereka. ❝We're different, totally different. Then, what's the similarity do we have? Imperfection? ❝Yes, imperfe...