Bukan prioritas

4.5K 114 1
                                    

"Ta- tante cindy?". Ucap Alita ternganga. Sungguh Alita harap orang itu adalah Aiden.

"Ko tante sih, panggil mama dong". Cindy menangkup lembut wajah Alita.

"Boleh mama masuk?". Lanjut Cindy kembali.

"Oh, ya tentu. Silahkan masuk ma".

"Oh ya, ngomong ngomong dimana Aiden?". Tanya Cindy seketika. Mereka berdua kini masuk ke dalam apartement milik Aiden. Cindy meletakkan barang bawaannya di atas meja.

"Alita tidak tau ma". Balas Alita lirih.

Cindy menatap Alita lekat lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Kau tau Alita?". Ucap Cindy menggantung.

Seketika Alita mendongak untuk menatap Cindy.

"Aiden, dia itu sebenarnya anak tiri mama". lanjut Cindy kembali.

Alita mendengarkan dengan baik dan tidak terlalu terkejut, karena sebelumnya dia sudah mengetahui hal tersebut.

"Mama menikah dengan om Abhi, karena permintaan dari Safira, ibu kandung Aiden. Karena dulu kami berteman dengan sangat baik.". Cindy mengajak Alita untuk duduk sejenak. Begitupun Alita seperti ia begitu antusias mendengar cerita dari Cindy.

"Safira meninggal karena leukimia yang menggerogoti tubuhnya selama 10 tahun terakhir dalam hidupnya. Dia adalah wanita yang hebat. Meskipun keadaan tubuhnya begitu lemah, dengan begitu semangat ia merawat dan mengasuh Aiden. Dan kau pasti sudah tau bukan? bahwa Aiden sangat menyayangi Safira. Hingga pada hari itu, tuhan tidak ingin Safira merasakan sakit yang lebih jauh dan akhirnya dia mengambil Safira". Cindy pun mulai terisak.

"Dan sehari sebelum ia meninggal, ia sempat meminta mama untuk menikah dengan suaminya, yaitu om Abhi. Awalnya mama tidak mau, namun Safira meminta mama untuk berjanji akan terus menjaga dan melindungi Aiden. Mama sudah jatuh hati kepada Aiden ketika ia masih begitu kecil. Mata hazel nya begitu berbinar membuat perasaan mama menghangat ketika menatapnya, mama menyayangi Aiden seperti anak kandung mama sendiri". Air mata kini mulai berjatuhan dari pelupuk mata Cindy.

"Mama, bukan cuma mama dan mama Safira doang yang sayang sama Aiden, Alita pun sayang ama Aiden". Ucap Alita yang berusaha keras untuk menahan isakan.

Mendengar cerita dari Cindy membuat perasaan Alita terenyuh seketika.

"Mama, percayakan Aiden sama kamu sayang". Cindy memeluk tubuh Alita dengan erat.

"Oh ya, kamu sudah makan?". Ucap Cindy sembari melepaskan pelukan mereka.

Alita hanya menggeleng kepalanya dengan lemah.

"Syukurlah, sebelum mama kesini mama beli makanan buat kamu". Cindy pun meraih barang yang sebelumnya ia letakan di atas meja, lalu memberikannya kepada Alita.

Alita menatap makanan itu ragu ragu.

"Sudah, tak apa ambil saja". Ucap Cindy lembut.

"Terima kasih ma". Alita tersenyum lembut.

"Besok kamu tinggal dirumah mama yah".

Ucapan Cindy membuat Alita tersedak.

"Kamu bisa kan? bujuk Aiden supaya mau tinggal di rumah mama".

Alita mengangukan kepalanya lalu tersenyum.

~~~~~~~~~~


Selepas kepergian Cindy dari apartmentnya, Alita bergegas membereskan semuanya.

Sekilas ia melirik arah jarum jam dan hampir tengah malam.

Perasaan Alita jadi tak menentu, mengingat bahwa Aiden belum kembali sampai selarut ini.

Ceklekk...

Lamunan Alita menjadi buyar ketika ia mendengar seseorang membuka pintu.

Tertampang dengan jelas tubuh kekar Aiden membuat Alita segera menghampirinya.

"Aiden, darimana saja?".

"Aiden, kau tau? aku sungguh khawatir".

"Kenapa ponselmu tidak aktif?".

"Apa kau sudah makan?".

"Aku membuatkan sup untukmu".

"BISAKAH MULUTMU ITU DIAM!". Alita terperanjak. Apa tadi Aiden membentaknya? tapi kenapa, dirinya hanya menanyakan keadaan.

"A-aku, aku hanya bertanya untuk-". Perkataan Alita menggantung di udara, dirinya tidak bisa melanjutkan perkataannya karena pelupuk matanya kini sudah dipenuhi oleh air mata.

Aiden mendengus kesal, lalu beranjak meninggalkan Alita.

"Aiden, aku sudah siapkan bajumu dan kau juga bisa langsung makan malam karena aku sudah menghangatkan makanannya". Ucap Alita kepada Aiden selepas ia mandi. Ya, sedari tadi Alita memang menunggu Aiden bahkan didepan kamar mandi ia rela berdiri lama lama hanya untuk menunggu Aiden.

Aiden hanya menatap Alita sekilas, lalu ia segera membuang pandangannya kesembarang arah

"Aku tidak lapar". Balas Aiden dengan singkat.

"Oh ya? apa kau sudah makan? dimana?". Alita masih terus membuntuti kemana arah langkah Aiden.

"Sudah, bersama Maggie". ucap Aiden dengan santai.

"M-maggie?". Bibir Alita bergetar dengan mata yang berkaca kaca.






***


#To be continue☕

Jangan lupa buat Vomment yah guys🤗

The little Alita (Menuju ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang