It's over

3.8K 133 1
                                    

Alita menatap makanan yang dibawa oleh Cindy. Tidak ada selera apapun untuk menyentuhnya, entahlah, hari ini Alita merasa tidak benar benar vit.

Alita mencoba untuk meminum susu yang dibawa oleh Cindy, namun baru saja ia mencium aromanya, rasa mual yang begitu hebat melanda kerongkongan Alita. Dengan tergesa gesa ia melangkah menuju toilet, dan memuntahkan seluruh rasa mualnya disana.

Alita mengusap ujung bibirnya dengan kasar. Tiba-tiba perasaan tidak enak terlintas didalam benaknya.

"Tunggu, sejak kapan aku terakhir datang bulan". Gumam Alita dalam hati yang mulai panik.

Alita mengambil kalender yang berdiri di atas nakas miliknya.

Shit! sudah lewat satu bulan yang lalu dirinya tidak mendapat menstruasinya.

Tidak itu tidak akan terjadi! dirinya tidak hamil, dirinya hanya sedang tidak enak badan. Alita mencoba untuk tetap tenang.

Salah satu jalan, untuk mengetahui dirinya hamil atau tidak, Alita harus membeli tespect. Alita bergegas bersiap siap untuk keluar.

Ketika akan menuruni anak tangga, langkah Alita terhenti dengan kehadiran sosok yang membuat hatinya mencelos.

"Aiden ada disini?". Gumam Alita pelan. Alita dapat melihat Aiden sedang berbincang dengan Cindy. Hubungan antara Aiden dan Cindy memang mulai membaik, mereka sering berbincang ringan bersama. Rupanya Aiden telah berhenti untuk terus terusan menyalahkan Cindy sebagai pengacau kehidupannya, karena begitu terlihat bahwa Cindy menyayangi Aiden seperti anaknya sendiri.

"Alita, sinih turun sayang". Suara Cindy membuat Alita sedikit terlonjak.

Dengan langkah perlahan akhirnya Alita menuruni anak tangga satu persatu. Alita menatap Aiden dengan canggung, begitupun sebaliknya.

"Mama akan buatkan minum sebentar yah, kalian tunggu disini".

Setelah kepergian Cindy dari tempatnya, membuat suasana diantara mereka semakin canggung.

"Hai Alita, apa kabar". Ucap Aiden dengan suara beratnya.

"Aku-. Aku baik". Alita mencoba untuk menetralkan suaranya.

"Kedatanganku kemari, karena ada sesuatu yang ingin kuberikan untukmu". Ucap santai Aiden.

"U-untukku?". Tanya Alita kikuk.

"Tunggu sebentar". Aiden beranjak dari tempatnya.

Namun tidak lama setelah itu Aiden kembali, dan membawa sebuah kandang hewan.

"Bukalah". Perintah Aiden, sembari memberikan kandang berukuran lumayan besar itu kepada Alita.

Perlahan Alita membuka kandang tersebut, dan begitu terkejut dengan isi yang ada di dalamnya.

Seekor kucing putih yang sedang tertidur denga pulas.

"Kucing, kenapa kau memberikanku kucing?". Tanya Alita penasaran.

"Ku pikir kau akan menyukainya".

Alita menatap gemas kucing putih yang sedang tertidur pulas itu. Ya, dirinya memang begitu menyukai kucing. Sewaktu ia kecil, Alita pernah mempunyai kucing berjenis persia, namun nasib malang menimpa kucing tersebut. Kucing itu pun mati karena ditabrak oleh pengendara yang tidak bertanggung jawab. Karena kejadian itupun, Alita begitu enggan untuk memelihara kucing kembali.

Namun kali ini rasanya berbeda, ia begitu menyukai kucing yang di bawa oleh Aiden.

"Terima kasih Aiden". Ucap Alita sedikit haru.

Aiden mengulas senyum singkat, lalu didetik berikutnya ia menyodorkan selembar kertas kepada Alita.

"Apa ini?". Tanya Alita penasaran.

"Undangan pernikahanku".

DEG!

Baru saja perasaanya di lambungkan oleh Aiden, dalam sekejap pria itu pun menjatuhkannya.

"Kuharap kau hadir disana".

Alita menatap Aiden dengan berkaca kaca. Oh, apakah pria itu sama sekali tidak mempunyai rasa apapun kepada dirinya?

Apa Aiden begitu tega mengatakan ini kepada Alita?. Alita sadar, bahwa Aiden tidak pernah mengucapkan kata cinta kepada dirinya jadi wajar, ia dengan tega mengatakan ini kepada Alita.

Alita meneguk paksa salivanya, sembari menahan emosi yang begitu menggebu.

"Ya, Aku akan datang". Ucap Alita dengan senyum terpaksa.

"Maaf yah agak lama, tadi mama sekalian cari camilan dulu buat kalian".
Suara Cindy membuat Alita dan Aiden menengok ke arahnya.

"Tidak perlu repot repot ma, lagian urusanku dengan Alita telah selesai". Ucap Aiden pada Cindy, sembari menyiratkan sedikit senyuman.

"Ya, kisah kita berdua memang benar benar telah selesai". Gumam Alita dalam hati dengan miris.

"Sebaiknya Aiden pulang dulu ma, ada urusan sebentar di kantor, nanti Aiden kesini lagi". Pamit Aiden, lalu ia menatap Alita.

"Oh, yasudah, hati hati yah. Jangan sungkan buat mampir kesini". Ucap Cindy, membuat Aiden mengembangkan senyumnya.

"Alita, aku pamit dulu, nanti aku kesini lagi". Aiden menatap Alita yang masih termenung di tempatnya.

"Iya, hati hati. Dan terima kasih untuk hadiahnya". Suara Alita terdengar lirih.

Perlahan tubuh kekar Aiden, menghilang dari balik ambang pintu.

Entah atas dasar apa, Alita mengikuti langkah Aiden sampai di depan pintu. Ia menatap kepergian mobil Aiden yang semakin menjauh dari halaman rumah Cindy. Hati terasa begitu ngilu, mengapa ia harus mencintai seseorang hingga sesakit ini?.

Yang dikatakan Aiden memang benar, kisahnya bersama dengan Alita memang benar benar telah usai.

***

#Tbc☕💘

The little Alita (Menuju ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang