Dan kini, usia kandungan Alita telah menginjak hampir sembilan bulan, sungguh, ia begitu menantikan kehadiran buah hatinya tersebut.
Dan selama beberapa bulan terakhir pun, Alita berhasil untuk menghindari Aiden. Meskipun berada di dalam satu kota yang sama, namun tidak ada tanda tanda mereka akan bertemu. Entahlah, mungkin karena memang mereka berdua tidak ditakdirkan untuk bersama, gumam Alita dalam hati.
Semesta mempunyai caranya sendiri untuk membuat Alita menjadi bahagia. Buktinya dengan orang orang disekitar, seperti, Freedy, Emma, dan untuk sekarang Steve pun selalu ada untuk menghibur Alita. Sudah cukup, bagi Alita semua ini sudah membuatnya benar benar bahagia.
"Alita, kau mau kemana?" Tanya Emma kini menghampiri Alita.
"Aku akan ke supermarket untuk membeli sesuatu." Balas Alita kemudian tersenyum ringan.
"Katakan apa yang kau butuhkan, aku akan membelikannya untukmu."
"Tidak Emma, maksudku, aku akan membelinya sendiri," lagi lagi Emma memperlakukan Alita bak putri raja, dan sungguh, ia pun bisa melakukan ini sendiri.
"Alita, aku tidak ingin berdebat, aku tidak mau terjadi sesuatu antara dirimu dan juga calon bayimu.
"Ayolah Em, ini hanya supermarket,"
"Baiklah, katakan sesuatu jika kau membutuhkanku."
"Akan kulakukan," Alita mengembangkan senyum manisnya.
~~~~~~~~~~~~
Didalam supermarket, Alita begitu kesulitan untuk mengambil detergen yang letaknya di rak paling atas. Perutnya yang sudah mulai membesar membuat Alita kesulitan untuk bergerak.
Alita mencari kesekeliling untuk meminta bantuan kepada pegawai disini, namun Alita lihat mereka sedang sibuk dengan urusannya masing masing. Karena tidak mau merepotkan orang lain, Alita mencoba berusaha kembali.
"Sedikit lagi sampai," Alita berjinjit namun tak kunjung berhasil.
Grep! Hingga sebuah tangan besar, membantu Alita untuk meraih detergen tersebut.
"Te-rima kasih, karena telah membantuku." Ucap Alita sembari mendongakan kepalanya. Betapa terkejutnya Alita, ia tidak percaya dengan seseorang dihadapannya saat ini. Seketika tubuhnya menegang, bersamaan dengan itu detergen yang ia gengam jatuh ke lantai.
"A-ai den," nafas Alita seakan akan tersekat diudara, dadanya terasa begitu sesak.
"Alita!" Sama hal nya dengan Alita, Aiden pun tak kalah terkejut.
Mereka berdua berpandangan cukup lama, hingga pandangan Aiden jatuh pada perut buncit Alita.
"Kau sedang hamil?" Tanya Aiden dengan refleks, sedikit terdengar bahwa suara Aiden bergetar.
Seakan mendapatkan kesadarannya Alita buru buru meninggalkan Aiden. Ia membawa semua belanjaannya di dalam trolly.
Tanpa Alita sadari, air matanya lolos begitu saja dari binar matanya yang indah.
Ini tidak mungkin! Ia harap ini adalah mimpi. Pria itu, dia bukanlah Aiden.
Alita segera menuju kasir, untuk membayar semua belanjaan yang ia bawa.
"Mba di cepetin dikit yah, saya sedang buru buru," Alita mengintupsi sang kasir.
"Ini juga udah cepet kok bu," balas sang kasir.
"Semuanya jadi $20 dua puluh dollar"
Lantas Alita pun segera memberikan uangnya, dan membawa belanjaannya.
Alita menengok ke belakang, syukurlah Aiden tidak mengejar dirinya. Meskipun ada rasa ngilu, mengingat betapa Alita merindukan pria itu.
"Alita ada apa?" Suara Emma membuyarkan lamunan Alita.
Sedari pulang dari supermarket, Alita memang banyak melamun.
"Apa ada masalah?" Lagi lagi Emma menanyakan kondisi Alita.
"Tidak Emma, aku baik baik saja."
"Kau berkata sebaliknya Al, matamu menunjukan hal sebaliknya," Emma mulai menatap Alita dengan serius. Sumgguh, ia hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang membuat sepupunya merasa terancam.
Air mata Alita tumpah ruah, ia tidak tahan untuk menyembunyikan hal ini dari Emma.
"Aku bertemu dengannya Emma," ucap Alita dengan suara sumbang.
"Dengan siapa?" Emma semakin menatap Alita dengan serius.
"Aku bertemu dengan Aiden, dia ada disini, kami bertemu kembali disupermarket," menyebut namanya saja rasanya dada Alita begitu sesak.
Emma menyimak dengan baik. Ia pun tau siapa Aiden, dan apa dampaknya bagi kehidupan Alita.
"Kau tidak ingin berbicara secara baik baik dengan pria bernama Aiden itu?" Emma mencoba untuk mengusulkan saran.
"Tidak Emma! Aiden sudah bahagia bersama dengan Maggie, dan aku? Aku akan membuat kebahagiaanku sendiri bersama calon anakku,"
"Alita, mau bagaimana pun itu, anak yang kamu kandung saat ini, itu adalah darah daging Aiden. Dan cepat atau lambat semuanya akan terungkap."
Alita merasa gelisah seketika, ia tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa hal ini benar benar akan terjadi.
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Disisi lain, diam diam Aiden mengikuti langkah Alita. Hingga menggiring langkahnya pada rumah yang terbuat dari kayu, yang terlihat rapih dengan berbagai tumbuhan menghiasi halaman rumahnya.
Aiden begitu heran, sikap Alita seperti menghindarinya, mengapa?
Ditambah dengan kondisi tubuh Alita yang sepertinya sedang hamil. Apakah Alita telah menikah? Apakah selama hampir setahun terakhir, Alita telah memiliki suami?
Apakah dirinya terlambat? Memikirkan itu, dada Aiden terasa begitu sesak.
******
Update cuma bisa segini hehe, monmaap kalo kependekkan yah🙏
Hollaa, udah lama gak nongol nongol wkwk😁
Gimana? Masih stay ama 'The little Alita' kan?
Terima kasih banyak buat yang udah mau setia ama cerita aku🙏 ditunggu buat VOMMENT nya guys😁
KAMU SEDANG MEMBACA
The little Alita (Menuju ending)
Teen Fiction(ON GOING) Mature konten(21+) Mohon kebijakannya dalam membaca🙏 >>DONT COPY PASTE MY STORY!<< 1"Spoiledgril". 17/11/19 1"Wonderfull". 18/12/19 3"Alita". 18/12/19 7"Aiden". 18/12/19 "Siapa?". Alita memberanikan diri untuk bertanya. "Maggie". Jawab A...