Nafas Alita begitu memburu. Sungguh Aiden seperti sedang kesetanan melakukannya dengan Alita, berkali kali Alita mencapai klimaksnya, namun Aiden hanya satu kali.
Alita tidak kuat berdiri, kakinya terasa seperti jelly, ditambah penampilannya yang begitu berantakan. Berbanding terbalik dengan Aiden, pria itu justru terlihat sangat santai merapihkan penampilannya kembali.
Alita mencoba memasang dress nya, namun ia tidak bisa memasang resleting yang berada di belakang.
"Berbaliklah!". Tutur Aiden, kemudian Alita menurutinya. Aiden membantu Alita untuk memasangkan resleting dress nya, setelah itu ia mencium lembut tengkuk Alita.
"Mau aku yang keluar terlebih dulu, atau kau?". Ucapnya dengan suara parau, yang menyapu bulu halus di tengkuk Alita, sehingga Alita dapat merasakan hangatnya dari deru nafas Aiden.
"Sebaiknya aku yang akan keluar duluan". Jawab Alita dengan nafasnya yang tersekat.
"Tunggu aku diparkiran, aku akan mengantarmu pulang". Ucap Aiden dengan parau lalu kembali mencium tengkuk Alita dengan lembut.
Alita segera keluar dari toilet dengan begitu hati hati. Oh sungguh, di bagian intinya terasa begitu nyeri membuat Alita sedikit meringis karenanya.
Alita begitu bersyukur karena tidak ada seorang pun di dalam toilet, membuatnya buru buru ingin meninggalkan tempat ini.
Alita keluar dari toilet dan memandang sekitarnya. Suasana disini masih ramai, semoga saja tidak ada yang menyadari keberadaan Alita.
"Alita".
Langkah Alita terhenti, saat seseorang memanggil namanya. membuatnya memejamkan matanya terpaksa.
"Kau darimana saja? kenapa begitu lama sekali di dalam toilet?". Steve memandang Alita cemas.
"St-eve".
"Aku-, tiba tiba saja perutku sakit". Jawab Alita berbohong.
"Perlu ku antar ke rumah sakit?".
"Tidak Steve, maksudku aku hanya ingin istirahat dirumah".
"Baiklah, kalau begitu ayo ku antar". Steve menarik lembut lengan Alita.
"Steve, aku bisa pulang sendiri". Alita menarik kembali lengannya.
"Tidak, aku akan mengantarmu!".
"Steve sungguh, aku bisa-".
"Tidak Al, biar ku antar. Ku mohon aku tidak bisa membiarkanmu dalam keadaan seperti ini". Steve memotong ucapan Alita.
Alita begitu tertegun dengan ucapan Steve, ia memandang manik matanya, dan sepertinya memang benar benar tulus ia mengatakannya.
"Baiklah". Akhirnya Alita pasrah yang mengiyakan ajakan Steve.
Mereka berdua kini berada di area parkir. Steve membukakan pintu untuk Alita dan membiarkan gadis itu untuk masuk, namun sebelum Alita masuk ke dalam mobil Steve, ia mengedarkan pandangannya.
Pandangannya terkunci pada seorang pria di bawah pohon besar yang juga sedang memandang ke arahnya. Tatapannya terasa seperti menyiratkan rasa kecewa, namun Alita segera mengalihkan pandangannya dan masuk ke dalam mobil milik Steve.
Di dalam mobil. suasana diantara Alita dan Steve begitu hening. Pikiran Alita terus berkelana dengan apa yang dilakukan Aiden. Dirinya merasa seperti seorang jalang yang tidak mempunyai harga diri.
Alita mencoba memejamkan matanya untuk menahan genangan air yang siap turun membasahi pipi.
~~~~~~~
Hampir 2 minggu sudah, setelah kejadian di pesta itu Alita tidak melihat sosok Aiden.
Seharusnya Alita sadar bahwa ia dan Aiden telah berpisah, tidak seharusnya juga Alita terus terusan merasa seperti ini.
Aiden sudah menjadi milik Maggie, dan minggu depan mereka aka melangsungkan pernikahan.
Tok tok tok..
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Alita. Perlahan Cindy membuka pintu kamar Alita yang tidak terkunci sambil membawa makanan yang berada di atas nampan.
"Kau tidak turun untuk sarapan, jadi mama bawa ke atas". Ucap Cindy sembari menaruh sarapannya di atas nakas milik Alita.
"Maaf ma, tapi Alita sedang tidak enak badan". Alita berkata jujur, memang sedari tadi kepalanya begitu pening.
"Mau mama panggilkan dokter?". Cindy menatap cemas ke arah Alita.
"Tidak perlu ma, lagipula ini hanya pusing biasa". Alita mencoba menyakinkan Cindy bahwa dirinya baik baik saja.
Cindy menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Baiklah. Dan ya, tadi pagi, Aiden kesini, dia berkata ingin bertemu denganmu nanti sore".
"A-aiden? ada a-apa?". Ucap Alita begitu gugup.
Cindy mendekati Alita dan menangkup lembut wajah pucat gadis itu.
"Jika kau tidak ingin menemuinya, mama bisa katakan itu sayang".
Alita menatap nanar ke arah Cindy, lalu di detik berikutnya ia memeluk erat tubuh Cindy.
"Terima kasih ma, terima kasih telah menjadi mama kedua bagi Alita, Alita sayang mama". Alita menahan haru perasaannya. Alita begitu berhutang budi kepada Cindy.
"Kamu ngomong apaan sih sayang, mama juga udah anggap kamu sebagai anak mama sendiri". Cindy menarik Alita dari rengkuhannya lalu mengusap lembut air mata yang mengalir di pipinya.
"Jangan nangis lagi yah! mending sekarang kamu makan sarapan kamu lalu setelah itu, kita jalan jalan keluar".
Alita menganggukan kepalanya dengan lemah.
***
#Tbc🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
The little Alita (Menuju ending)
Teen Fiction(ON GOING) Mature konten(21+) Mohon kebijakannya dalam membaca🙏 >>DONT COPY PASTE MY STORY!<< 1"Spoiledgril". 17/11/19 1"Wonderfull". 18/12/19 3"Alita". 18/12/19 7"Aiden". 18/12/19 "Siapa?". Alita memberanikan diri untuk bertanya. "Maggie". Jawab A...