Changes

4.2K 142 0
                                    

Hari demi hari, detik demi detik telah Alita lalui dengan baik.

Alita tak habis habisnya mengucapkan syukur, atas semua yang telah tuhan berikan kepadanya, salah satunya adalah mempunyai keluarga seperti Emma dan Freedy. Mereka begitu menyayangi Alita dan menerima keberadaan Alita dengan sepenuh hati.

"Alita, kau tidak lupa bukan akan memeriksakan kandunganmu hari ini?" Tanya Emma sembari memberikan susu kepada Alita.

"Oh ya ampun, aku hampir saja lupa," raut wajah Alita dibuat buat.

"Kau ini, selalu saja begitu." Emma memasang wajahnya kesal.

"Ayolah Emma, bagaimana aku lupa, sedangkan kau selalu mengingatkan ku setiap saat," balas Alita disertai kekehan ringan.

"Ada apa ini, pagi pagi sudah ribut?" ucap serak Freedy menghampiri dua gadis yang sedang berdebat kecil.

"Tidak ayah, aku hanya mengingatkan Alita bahwa, ia ada pemeriksaan kandungan hari ini." Emma mencoba untuk memberitahukan Freedy.

"Bagaimana aku bisa lupa ayah, sedangkan Emma selalu mengingatkanku setiap saat. Kau tau? aku sampai bosan mendengarnya." ucapan Alita membuat keduanya tergelak tawa, kecuali Emma. Apa yang lucu bagi Emma? dirinya hanya mengingatkan hal yang baik untuk Alita.

"Itu tidak lucu Al," sungut Emma begitu kesal.

"Lihat ayah, sekarang Emma ku sedang merajuk," Alita kemudian menghampiri Emma dan memeluknya erat.

Freedy hanya menggelengkan kepalanya, melihat perdebatan antara kedua putrinya. Ya, putrinya, ia sudah menganggap Alita sebagai putrinya sendiri.

"Jangan lupakan mantel mu Al, karena diluar sedang turun salju," Emma berkata demikian.

"Tenang saja aku sudah menyiapkannya" balas Alita antusias. "Dimana Petty?" raut wajah Alita berubah sedikit khawatir.

"Kau tau kucingmu itu begitu pemalas. Setelah makan, lalu ia tidur didekat perapian," oceh Emma memberitahukan dimana kucing Alita.
Alita mengembangkan senyum manisnya.

Alita menghampiri kucingnya dan mengelusnya dengan lembut, Kemudian ia mencubitnya dengan begitu gemas.

"Alita," kali ini suara berat Freedy yang memanggil Alita.

"Ya ayah" sahut Alita kemudian ia menghampiri meja makan dimana Freedy sedang duduk.

"Apa kau yakin akan memberikan semua fasilitas perusahaan milik Savio kepadaku," Freedy menatap Alita dengan serius.

Alita tersenyum hangat, "Ayah, apa yang aku berikan tidak akan pernah sebanding dengan yang kalian berikan kepadaku, anggap saja itu sebagai ungkapan terima kasihku kepada kalian, karena sudah mau menerima kehadiranku dengan sangat baik" Alita berkata dengan mantap. "Dan Alita yakin, ayah pasti akan mengurusnya dengan baik,"

Manik mata Freedy dan Emma berkaca kaca seketika.

"Kau ini, kau itu sudah aku anggap sebagai anakku sendiri," Freedy begitu terharu.

"Oh ayolah, aku tidak mau ada air mata disini," ucap Emma yang menahan air matanya, lalu didetik berikutnya mereka saling berpeluk dengan erat.

Disisi lain. Karakter Aiden begitu berubah seratus delapan puluh derajat dari sifat aslinya. Entah apa yang membuat Aiden merubah sifatnya menjadi seperti ini.

Ia begitu hemat dalam berbicara, hanya ketika menyampaikan hal penting baru ia membuka suaranya. Bahkan kehidupan pribadinya begitu tertutup, tidak ada yang mengetahui apakah ia sedang bahagia ataupun sedih. Bahkan orang tua nya pun, yaitu Abhi dan Cindy hampir tidak mengenali putra nya itu.

The little Alita (Menuju ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang