"Huffttt", Cindy membuang nafasnya kasar setelah membereskan semua rumahnya. Karena beberapa maidnya sedang libur maka sebagian besar pekerjaan rumah ia yang melakukannya.
Entah mengapa tiba-tiba Cindy merasa tidak enak dengan perasaannya.
Lantas Cindy pun meraih ponselnya untuk menghubungi suaminya.
"Hallo?"
"Ya hallo", Balas suara bariton dari seberang sana.
"Abhi, perasaanku tidak enak. apa semuanya baik baik saja?", Tanya khawatir Cindy kepada ayahnya Aiden.
"Ya sayang, semuanya baik baik saja"
"Apa, Aiden juga baik baik saja?"
"Tenanglah. Tidak usah terlalu dipikirkan. semuanya baik baik saja. dan Aiden dia pasti sedang berada di apartementnya"
"Baiklah, kalau begitu"
"Yasudah, bentar lagi aku ada metting bye",
Abhi memutuskan sambungan telponnya secara sepihak."Sepertinya memang cuma perasaanku karena memang mungkin aku kelelahan", Gumam Cindy.
Cindy berencana untuk rehat sejenak namun suara dering telpon mengurungkan niatnya itu.
"hallo"
"Hallo sayang, apa kau sudah dengar beritanya?"
"Berita apa Abhi?", Balas Cindy mencoba tenang.
"Aku mendapat kabar dari salah satu rekanku yang juga temannya Savio bahwa katanya Savio baru saja mengalami kecelakaan Tragis"
Mendengar penuturan dari sang suami hampir saja membuat tubuh Cindy lunglai.
"Bersiaplah aku akan menjemputmu, kita akan kerumah sakit"
~~~~~~~~~~~~
"Bagaimana semua ini terjadi", Ujar Cindy yang tak henti hentinya mengeluarkan air mata.
Ia melihat kedua tubuh itu terbaring kaku dengan ditutupi kain kafan.
"Dokter bilang. keduanya, Renata dan Savio mengalami pendarahan hebat sehingga nyawanya tidak bisa tertolong", Tutur Abhi lirih pada Cindy.
"Alita. Bagaimana dengan kondisi Alita?", Tanya Cindy kepada abhi penuh harap.
"Untungnya tuhan sayang dengan Alita. Alita hanya mengalami luka ringan dan sedang dalam perawatan medis"
"Aku ingin melihat kondisi Alita"
Dengan sangat perlahan Alita mencoba untuk mengerjapkan matanya.
"Sshhhh", Seketika rasa pening hebat menyerang kepala Alita.
"Alita, kau sudah siuman?", Alita menoleh dan mendapati Cindy sedang berada di ambang pintu, lalu berjalan mendekat menuju kearahnya.
"Eh Tante", Balas Alita tersenyum ramah.
"Apa kau merasakan sesuatu yang membuatmu sakit", Tanya Cindy yang berusaha membendung air matanya. Ia merasa begitu kasihan pada nasib malang yang menimpa gadis manis ini.
"Tidak tante. Alita baik baik saja", Balas Alita senyum yang tak pernah luput dari wajah lugu Alita namun terlihat sendu
"Tante, apakah mom dan dad baik baik saja? bisakah Alita melihat mom dan dad. Alita ingin tau kondisi mereka", Tanya polos Alita
Mendengar penuturan dari Alita membuat tubuh Cindy seolah membeku.
"Alita sebaiknya kau istirahat saja dulu"
"Tidak tante Alita ingin melihat kondisi mereka. setelah itu baru Alita beristirahat", Alita mencoba bangkit dan membawa kantong infus karena ditangannya terdapat jarum suntik yang menyatu dengan selang infus.
"Alita sebaiknya kau harus beristirahat", Suara yang begitu familiar membuat Alita menoleh ke arah sumber suara tersebut. Lantas Alita pun menoleh ke arahnya.
"Tidak Aiden aku janji aku hanya sebentar, aku ingin melihat kondisi mom dan dad saja", Alita tersenyum simpul.
Ketika hendak melewati Aiden dan Cindy, tiba tiba lengan Alita dicekal oleh lengan kekar milik Aiden.
"Kedua orang tuamu telah tiada Alita", Ujar Aiden lirih dan sedikit bergetar.
Seketika Alita merasakan tubuhnya seolah mati rasa.
Plakkk
Tanpa Alita sadari, Alita menampar pipi Aiden.
"JAGA UCAPANMU AIDEN", teriak Alita berusaha tidak terpengaruh dengan ucapan Aiden walau sebenarnya air mata sudah penuh dipelupuk mata indah milik Alita.
bisa bisanya dia berkata seperti itu. pasti bohong. Aiden pasti bohong. pikir Alita dalam hati.
"Alita Aiden tidak berbohong. apa yang tadi ia ucapkan itu benar", Cindy tak kuasa menahan air matanya yang akhirnya tumpah ruah membasahi pipinya.
Seketika rasa pening yang begitu hebat menyerang kepala Alita.
Sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap gulita ya, Alita jatuh pingsan.
~~~~~~~~~~~
Suasana mendung disertai dengan gerimis kecil menjadi saksi bisu betapa terpuruknya Alita saat ini.
Setelah pemakaman kedua orang Alita. semua kerabat keluarga satu persatu segera meninggalkan pusaran makam Renata dan Savio.
Hikksss... Hikksss...
"Mom, dad kenapa kalian meninggalkan Alita secepat ini", Suara serak nan lirih dengan air mata yang terus mengalir dari mata indahnya.
Sebelumnya Cindy telah melarang Alita untuk ikut ke pemakaman kedua orang tuanya. karena kondisi Alita yang belum pulih dan ia pun tidak sanggup melihat Alita yang terus terusan tenggelam dalam kesedihannya.
Begitupun Aiden. ia merasa iba terhadap Alita. Ia pun pernah merasakan apa yang Alita rasakan saat ini. betapa hancurnya hidup Aiden ketika mom nya meninggalkannya untuk selamanya.
"Alita sebaiknya kita pulang", Ujar Aiden dengan lembut.
"Tidak, Alita mau bersama dengan mom dan dad hikksss", Alita masih menitikkan air mata.
"Sayang, mom dan dad pasti ikut sedih kalo liat Alita begini terus terusan", Tambah Cindy prihatin.
"Tidak tante Alita tidak mau membuat mom dan dad menjadi sedih", Alita menggelengkan kepalanya lalu buru buru ia pun menghapus sisa air matanya di pipi mulusnya.
"Hari sudah semakin senja. sebaiknya kita segera pulang". Tambah Abhi.
****
#Tbc.....
KAMU SEDANG MEMBACA
The little Alita (Menuju ending)
Tienerfictie(ON GOING) Mature konten(21+) Mohon kebijakannya dalam membaca🙏 >>DONT COPY PASTE MY STORY!<< 1"Spoiledgril". 17/11/19 1"Wonderfull". 18/12/19 3"Alita". 18/12/19 7"Aiden". 18/12/19 "Siapa?". Alita memberanikan diri untuk bertanya. "Maggie". Jawab A...