💫 Bagian 22

641 71 0
                                    

Ini tentang hati yang berubah, seperti roda dan jam yang terus berputar. Perasaan terus berubah seiring berjalannya waktu, mencari kenyamanan yang belum pernah dirasakan.
•••

Redupnya Sinar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Redupnya Sinar

Perlahan-lahan
Sedikit demi sedikit
Meredup hingga tidak dikenal
Semua semesta mengabaikannya

Dulu ia yang dinomor satukan
Bagaimana ini?
Permainan takdir seperti apa yang terjadi sekarang

Bunyi jam dinding memenuhi pikiran
Berputar
Berdenting
Terdiam

Hari semakin gelap
Tidak ada sinar
Di atas sana, langit meredup
Awan kelabu menutupi

Sinar yang cerah tidak ada
Terabaikan
Terlupakan

Hingga suatu hari nanti
Sinar itu kembali bangkit
Merebut posisi yang seharusnya

Senja menutup buku hitamnya, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa di ruang rawat. Tatapan matanya terus menatap keluar jendela.

Ia beranjak dari sofa, melangkah mendekati kaca jendela tersebut. Tangannya memegang kaca jendela yang terdapat titik-titik air hujan. Ia menatap langit yang menggelap, hujan akan turun dengan lebat malam ini.

Senja menghela napas, ia melangkah mendekati brankar Kakaknya. Duduk di kursi kecil yang berada di sana, menatap wajah Kakaknya dengan tatapan sendu.

Ponselnya yang berada di atas nakas menyala, ada panggilan masuk dari Fajar. Senja berdecak, ia mengabaikan panggilan tersebut.

Seingatnya, ia tidak ada urusan apa-apa pada Fajar. Senja sudah bertekad untuk menjauhi Fajar, apalagi mengingat jika pemuda tersebut sedang dekat dengan perempuan bernama Putih.

Di seberang sana, Fajar terus melakukan panggilan pada Senja. Tidak ada kata menyerah bagi Fajar, ia harus tau masalah apa yang dihadapi oleh Senja.

Senja berdecak, dengan kesal ia mengangkat panggilan tersebut.

"Apa?!"

"Senja."

"Apaan?!"

"Bisa kita ketemuan?"

"Gak."

"Ayolah."

"Gue sibuk."

"Sebentar aja kok."

"Gue bilang gak ya gak!! Ngerti gak sih lo!!"

Senja langsung memutuskan panggilan tersebut, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Entah kenapa emosinya tidak stabil hari ini, beberapa masalah membuatnya tidak bisa mengendalikan emosi.

Cinta Dua WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang