💫 Bagian 17

713 78 0
                                    

Mencari jalan untuk bertemu, terpisah oleh jarak yang tidak mengizinkan untuk bersatu. Hati menahan rindu saat tidak bertemu, berharap kasih yang diharapkan berada dalam genggamannya.
•••

Usaha Fajar untuk mendapatkan maaf dari Senja terus berlanjut, ia tidak peduli jika dirinya dianggap pengganggu oleh Senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usaha Fajar untuk mendapatkan maaf dari Senja terus berlanjut, ia tidak peduli jika dirinya dianggap pengganggu oleh Senja.

Semburan amarah dari Senja sudah Fajar terima dengan senang hati, ia tau jika Senja masih dalam keadaan mood yang buruk.

Fajar berlari mengikuti Senja yang melangkah di koridor sekolahnya, memelankan laju larinya saat dirinya sudah berdiri di samping Senja.

"Senja."

Senja hanya melirik Fajar sekilas, "apa?" tanyanya ketus.

"Gue mau ajak lo ke suatu tempat."

"Gue sibuk."

Fajar menahan lengan Senja, lalu menarik Senja dengan pelan menuju parkiran.

"Fajar ngapain sih?!"

"Mau gue traktir gak?" Fajar menatap Senja.

Senja mendengus, "gak."

"Traktir apa aja."

"Lo nyogok gue?!" Senja mendorong tubuh Fajar.

Fajar tertawa pelan, "anggap aja begitu."

"Gue masih kesel sama lo."

"Gue minta maaf, anggap aja gue khilaf."

Senja berdecak, "lo gila."

Fajar menghela napas, "gue bener-bener minta maaf, kemaren gue khawatir sama lo. Menghilang seharian dan gak bawa apa-apa. Gue takut terjadi apa-apa sama lo."

"Tapi gak bentak juga," ucap Senja.

Fajar menggelengkan kepalanya, "gue juga gak ada niatan bentak lo, itu beneran di luar kendali gue. Gue minta maaf."

Senja menghela napas, "gue mau pulang."

"Senja."

"Oke... Kita mau kemana?"

"Taman Senjar?"

Senja terdiam, ia mengedikkan bahunya tak acuh, "terserah."

Fajar tersenyum tipis, "ya udah ayo, kita berangkat sekarang."

"Hm."

Fajar mengeluarkan motornya dari parkiran, ia menatap Senjar dan memberi kode pada perempuan tersebut untuk segera naik ke atas motornya.

Dengan malas Senja naik di jok belakang, memegang ujung jaket Fajar dengan pelan.

Fajar menoleh sebentar lalu ia melajukan motornya meninggalkan sekolah, membelah jalanan kota Jakarta menuju taman yang sudah Fajar beri nama Taman Senjar.

Cinta Dua WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang