💫 Bagian 20

637 73 1
                                    

Diam yang hanya bisa ku lakukan untuk menutupi luka ini, entah kenapa rasanya sangatlah sesak. Seperti terhempas dan jatuh pada jurang berduri.
•••

Senja melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah yang nampak ramai, kedua tangannya sibuk mengikat rambutnya yang terbang terkena angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah yang nampak ramai, kedua tangannya sibuk mengikat rambutnya yang terbang terkena angin.

Udara pagi itu terlihat berawan, sesekali suara guntur terdengar jika hujan akan turun.

Langkah Senja memelan saat melihat seseorang yang ia kenali membonceng orang yang nampak asing dimatanya.

"Senja!!!"

Senja tersentak, ia mengalihkan tatapannya ke arah Langit dan Pelangi yang berlari ke arahnya.

"Apa?"

"Fajar berangkat sama Putih?" tanya Langit saat melihat Fajar dan Putih berangkat bersama.

"Putih siapa? Kucing sekolah?"

"Ih." Langit memukul bahu Langit. "Itu yang berangkat bareng sama Fajar." Ia menatap ke arah Pelangi lalu kembali menatap Senja. "Bukannya Fajar suka sama lo ya Ja?"

"Mungkin adiknya," ucap Pelangi berpikir positif.

Langit menganggukan kepalanya menyetujui, "iya bener, mungkin adiknya." Ia terdiam lama, lalu memukul bahu Pelangi. "Gak mungkin, gue baru kali ini liat Putih akrab sama cowo."

"Ya itu kan hak dia."

Langit mendengus, matanya memicing, "gue curiga ada sesuatu nih."

Senja mendengus seraya memutar bola matanya malas, "udahlah." Ia membalikkan tubuhnya melangkah menuju kelas.

"Lo cemburu ya." Langit menyenggol lengan Senja pelan.

Senja berdecak, ia menatap Langit sekilas, "apaan sih?!"

"Iyakan?! Sebenernya lo tuh suka sama Fajar, tapi gengsi."

Senja mencibir, "gak juga."

Langit tertawa, "gengsi."

"Tapi lo gakpapa kan Ja?" tanya Pelangi.

Senja menatap Pelangi dengan kening berkerut, "apa?"

"Hati lo."

"Biasa aja," ucapnya singkat.

Langit mencibir pelan, "bohong itu."

"Terserah."

"Kak Senja!!!"

Senja menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Langit dan Pelangi. Mereka menatap Adik kelas yang meneriaki nama Senja.

Senja menatap Adik kelas tersebut dengan kening berkerut, "kenapa?"

Adik kelas tersebut menatap Langit dan Pelangi bergantian, "kalian bertiga disuruh sama Pak Damar."

Cinta Dua WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang