💫 Bagian 26

604 65 0
                                    

Hati terlalu takut untuk memulai, tidak ada pengalaman yang bisa dijadikan acuan. Tidak tau rasanya mendapat luka dan tidak tau bagaimana harus merasakan suka.
•••

Motor yang dikendarai Fajar berhenti di depan gang kecil, Senja turun dari motor seraya menepuk bahu Fajar pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor yang dikendarai Fajar berhenti di depan gang kecil, Senja turun dari motor seraya menepuk bahu Fajar pelan.

"Makasih."

Fajar menganggukan kepalanya seraya tersenyum, "gak ada niatan ajak gue masuk ke rumah lo?"

Senja berdecak, "gak."

Fajar menghela napas, "gakpapa, hati-hati ya di rumah. Kapan-kapan aja gue mainnya."

Senja menganggukan kepalanya singkat.

"Besok gue jemput."

Senja mengerutkan dahinya, "gak usah."

"Gak ada penolakan."

Senja berdecak, "terserah."

Fajar tersenyum tipis, ia menyalakan mesin motornya. Menoleh ke arah Senja yang masih berdiri, "sana masuk, gue liatin dari sini sampai lo hilang."

Senja menghela napas pelan, ia menganggukan kepalanya.

"Jangan badmood lagi, kalau ada apa-apa kasih tau gue."

"Iya Jar." Senja membalikkan tubuhnya, ia masuk ke dalam gang kecil. Sesekali menoleh ke belakang, memastikan jika Fajar masih berada di sana.

Setelah Senja hilang di belokan gang, Fajar langsung melajukan motornya meninggalkan tempat tersebut. Ia menatap langit yang terlihat mendung akhir-akhir ini.
•••
Fajar menutup pintu kamarnya lalu menguncinya, tasnya di lempar begitu saja ke atas sofa. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamarnya.

Dengan malas Fajar merubah posisinya menjadi duduk, menatap dinding kamarnya dengan tatapan menerawang.

Tok... Tok... Tok...

"Fajar?!"

Tok... Tok... Tok...

Fajar menatap pintu kamarnya yang diketuk dari luar, "iya Bu!!"

"Ibu udah siapin makan malam, jangan lupa makan."

"Iya!!"

Suara langkah kaki yang menjauh membuat Fajar berasumsi jika Ibunya sudah kembali ke ruang makan. Ia melangkah menuju kamar mandi yang berada di kamarnya, membersihkan dirinya yang terasa lengket terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian Fajar keluar dengan wajah segar, melangkah menuju lemari dan memakai kaos putih dengan celana bahan sebatas lutut.

Fajar keluar dari dalam kamar, melangkah menuju ruang makan. Di sana Ibunya sudah menyiapkan beberapa masakan. Ia menghela napas, menarik kursi dan duduk seraya menatap makanan di depannya.

Cinta Dua WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang