[COMPLETED]
Seperti ingin menyatukan dua waktu yang tidak bisa bersatu. Semesta kembali mengambil alih untuk mempertemukan dua waktu yang berbeda
Ketika dalam kenyataannya dua waktu itu tidak bisa saling bersatu karena terhalang, apakah semesta bisa...
Berjuang mendapatkan hati yang keras, tak kala semesta mengizinkannya. Bertahan karena satu perasaan yang bergejolak hebat, meruntuhkan dinding patah hati saat itu juga. •••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Fajar!!!"
Fajar menoleh, ia menatap Angkasa dan Antariksa yang sudah duduk di meja ujung. Kakinya melangkah mendekati kedua temannya tersebut.
"Apa?" tanyanya seraya mendudukkan dirinya di kursi kantin.
"Gue punya ide buat rencana lo nanti."
"Apa?"
Angkasa merogoh tasnya, mengambil sebuah kertas dari dalam buku tulis. Kertas tersebut diberikannya pada Fajar yang menatapnya bingung.
"Apa nih?"
"Baca aja."
Fajar membuka kertas tersebut, membaca ide Angkasa untuk melancarkan rencananya. Kepalanya mengangguk, ide dari Angkasa bisa ia pikirkan nanti.
"Terus kapan lo mulai ngerencanain ini?"
"Abis ujian."
"Pas banget abis ujian?"
Fajar menganggukan kepalanya.
"Di mana tempatnya?"
Fajar menghela napas, "ada taman di daerah Jakarta, taman sepi. Tempat gue ngelampiasin semuanya di sana, kayanya taman itu cocok deh."
"Taman apa?"
"Gue sih kasih nama tamannya taman Senjar."
Antariksa dan Angkasa mengerutkan dahinya bingung, "Senjar?!"
"Senja Fajar." Fajar tertawa kecil diakhir kalimatnya.
Baik Angkasa dan Antariksa mendengus sebal.
"Ke ruang ujian yuk, udah mau bel." Antariksa menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul tujuh kurang.
Angkasa dan Fajar menganggukan kepalanya, mereka bertiga melangkah keluar dari kantin. Mulai mengikuti ujian hari ketiga dengan mata pelajaran bahasa Inggris. ••• Bulan menutup pintu kamarnya dengan pelan, ia melangkah menuju dapur. Perutnya terasa lapar karena belum ia isi dari semalam, salah satu tangannya membawa plastik kecil berisi obat yang selalu ia konsumsi.
Bulan menggelengkan kepalanya saat rasa pening menyerang, ia menghentikan langkahnya sebentar saat rasa pening kembali menyerang kepalanya.
Saat rasa sakitnya menghilang, ia kembali melangkah menuju dapur. Membuka tudung saji yang berada di meja, bibirnya melengkungkan senyum tipis saat ia terdapat beberapa lauk.
Tangannya mengambil nasi dan lauk pauk secukupnya, dirasa cukup ia membawa piring tersebut ke meja pantry. Memakan makanannya dengan tenang, sesekali terdiam saat kepalanya kembali terasa sakit.