💫 Bagian 37

585 64 0
                                    

Goresan luka kembali muncul, mengakibatkan rasa sakit tanpa henti. Menghapus kisah sangat sulit jika itu akan selalu terkenang, mencoba menerima walaupun hanya ada rasa benci.
•••

Sama seperti sebelumnya, setelah ujian selesai beberapa murid langsung keluar meninggalkan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama seperti sebelumnya, setelah ujian selesai beberapa murid langsung keluar meninggalkan sekolah. Mengistirahatkan otak mereka yang bertarung cukup lama dengan soal-soal ujian.

"Jar, langsung balik?"

Fajar menoleh ke arah Angkasa, ia menggelengkan kepalanya, "mau ke apartemen."

"Ngapain?"

"Jemput Bulan."

"Kenapa?"

Fajar menghela napas, "Ibu gue nyuruh buat Bulan tinggal di rumah."

Angkasa yang sudah tau hubungan antara Ibunya Fajar dengan Bulan mengangguk mengerti, "kemajuan itu, jadi mereka bisa membaik hubungannya."

Fajar menggelengkan kepalanya, "sama aja."

Antariksa menghela napas, "gak mudah buat Ibu lo."

"Hm." Fajar mengangguk, ia menyalakan motornya dan langsung memakai helm. "Duluan ya."

Angkasa dan Antariksa menganggukan kepalanya, Fajar langsung melajukan motornya meninggalkan sekolah.

Membelah keramaian jalanan kota Jakarta pada siang hari, jarak dari sekolah dan apartemennya tidak terlalu jauh.

Hanya beberapa menit Fajar sudah sampai di apartemen miliknya, ia memarkirkan motornya lalu segera menaiki lift.

Di dalam lift ia menatap pantulan dirinya dari kaca lift, wajah kusut sehabis ujian membuat dirinya menghela napas pelan.

Tring

Fajar melangkah keluar dari dalam lift, melangkah menuju nomor apartemennya yang ditempati oleh Bulan.

Sesampainya di depan pintu apartemen, Fajar langsung membunyikan bel. Tak beberapa lama Bulan langsung membuka pintu, wajahnya terlihat senang.

"Udah siap?"

Bulan menganggukan kepalanya semangat, "udah kok." Ia membuka lebar pintu apartemen, lalu mengajak Fajar untuk masuk.

Bulan memberikan satu tas pada Fajar, lalu ia memakai satu tas lagi dan slingbag.

"Segini aja?"

Bulan menganggukan kepalanya, "gak banyak kok baju aku, lagian itu juga setengahnya. Siapa tau aku kangen nginep di apartemen, kan gak usah bawa baju ganti karena udah ada baju di sini."

Fajar menganggukan kepalanya mengerti, "ya udah ayo."

"Hm... Jar."

"Apa?"

"Ini beneran Ibu yang mau?"

Fajar menghela napas, ia menganggukan kepalanya.

"Tapi kenapa?"

Cinta Dua WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang