💫 Bagian 33

604 72 1
                                    

Tidak mengerti dengan perasaan, hati dan logika tidak sejalan. Harapan ada di tangan untuk mendapatkan suatu kesempatan, agar bisa merasakan apa namanya cinta.
•••

Senja dan Fajar menuruni anak tangga rooftop, keadaan sekolah nampak ramai karena bel pulang berbunyi nyaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja dan Fajar menuruni anak tangga rooftop, keadaan sekolah nampak ramai karena bel pulang berbunyi nyaring. Mereka melangkah menuju ruang BK, berharap jika urusan di sana belum selesai.

"Senja!! Fajar!!"

Mereka menghentikan langkahnya, menatap Putih yang berlari mendekat.

"Kenapa?" tanya Fajar.

"Masalah Nila itu... Bener?"

Fajar menganggukan kepalanya, "iya, dia pelaku kejadian penyekapan di gudang waktu itu."

Putih menghembuskan napasnya pelan, ia menganggukan kepalanya mengerti, "gue juga tadi pas ke toilet liat dia sama Adik kelas kita yang namanya Cahya di bawa ke kantor polisi. Gue gak tau sebesar apa masalah mereka, cuman gue berharap mereka dapat apa itu keadilan."

Fajar menganggukan kepalanya pelan, "iya."

Putih menatap ke arah Senja, "sekarang nama lo udah bersih, semua orang udah gak anggap lo psychopath lagi."

Senja tersenyum tipis, "hm."

"Ya udah gue pulang dulu, oya kalau mau tau keempat temen kalian berdua. Mereka ada di kantin," ujarnya seraya melangkah menjauh.

Fajar mengangguk, ia menarik lengan Senja untuk mengikutinya menuju kantin. Sesampainya di kantin, mereka melangkah menuju meja ujung. Terdapat keempat teman mereka yang sibuk berbicara dengan wajah serius.

"Guys."

Mereka berempat mengalihkan tatapannya, menatap Fajar dan Senja yang baru saja tiba.

"Gimana?"

"Udah selesai, urusan polisi sekarang."

"Adik kelas kita?" tanya Senja.

"Dia juga ke kantor polisi buat dimintai keterangan, Nila juga sih. Orang tua mereka juga ikut." Langit menghela napas pelan. "Kasian gue, Orang tua mereka harus nangis-nangis karena masalah anaknya," ujarnya seraya menggelengkan kepalanya.

Senja menghela napas pelan, "resiko."

"Jar."

Fajar menoleh ke arah Angkasa, "apa?"

"Masalah acara tahunan sekolah gimana? Jadi tampil?"

Fajar menganggukan kepalanya, "jadi, seminggu lagi kan?"

"Yoi, beda dua Minggu sama ujian nasional." Angkasa menghela napas. "Acara tahunan terakhir di sekolah, dua minggu selanjutnya kita bakal stress sama ujian."

"Gakpapa sih, kenang-kenangan."

"Ja."

"Apa?" Senja menatap Fajar malas.

Cinta Dua WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang