Tak kala hati ingin berteriak, dinding pembatas menghalangi perasaan yang bergejolak. Tertahan akan menjadi luka yang terus menganga, hingga waktu lelah dengan tugasnya.
•••Senja memalingkan wajahnya ke arah lain, tatapan milik Fajar membuatnya tidak bisa fokus.
"Senja."
Senja menghela napas pelan, "gue gak ada masalah." Ia menatap Fajar sekilas. "Gue gak tau kenapa lo punya sikap sok tau banget. Gue gak suka begitu."
Fajar menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, "gue cuman mau lo gak cemberut lagi."
"Gue biasa aja."
Fajar tersenyum tipis, "baru beberapa hari kenal sama lo, gue udah tau sikap lo." Ia menatap Senja dengan tatapan teduhnya. "Gak tau kenapa, saat pertama kali gue nabrak lo di koridor. Saat itu, gue pengen banget kenalan sama lo."
Senja terdiam, ia menatap Fajar dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ternyata kita sekelas dan jadi teman sebangku. Dan gue sedikit gak percaya kalau bisa sedekat ini sama lo." Fajar menggelengkan kepalanya saat merasa apa yang ia ucapkan salah. "Maksud gue, walaupun lo jutek dan galak. Gue merasa lo emang ikhlas temenan sama gue."
Senja mengerjapkan matanya, "gue gak tau lo ngomong apa," ucapnya.
Fajar tertawa kecil, tangannya terulur mengusap puncak kepala Senja, "senyum dong, gak usah cemberut gitu. Udah jelek jangan dijelekin lagi."
Bukk
"Auw." Fajar mengelus bahunya yang dipukul oleh Senja.
Senja mendengus, "diem deh, biarin gue tenangin pikiran. Gak usah banyak omong." Ia memejamkan matanya seraya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
Fajar mengeluarkan ponselnya, lalu mempotret wajah Senja dari samping. Ia tersenyum puas saat melihat hasilnya yang terlihat memuaskan.
"Gue gak tau apa itu kebahagiaan."
Ucapan Senja membuat Fajar mengalihkan tatapannya ke arah Senja yang masih memejamkan matanya.
"Gue lupa caranya bahagia."
Fajar masih terdiam, menunggu kelanjutan ucapan Senja.
"I am not happy." Senja membuka matanya perlahan, ia menatap air danau yang tampak tenang. "Semuanya pergi. Setelah itu, gak ada kebahagiaan yang gue dapatkan lagi."
"Senja."
Senja menoleh ke arah Fajar dengan tatapan bertanya.
"Semua orang mempunyai kebahagiaannya sendiri, entah kapan datangnya. Sebelum kita menggapai kebahagiaan kita sendiri, ada kesedihan yang harus kita lewati. Itu untuk kita jadikan pelajaran," ujar Fajar, ia menatap mata Senja dengan intens.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dua Waktu
Novela Juvenil[COMPLETED] Seperti ingin menyatukan dua waktu yang tidak bisa bersatu. Semesta kembali mengambil alih untuk mempertemukan dua waktu yang berbeda Ketika dalam kenyataannya dua waktu itu tidak bisa saling bersatu karena terhalang, apakah semesta bisa...