💫 Bagian 7

890 100 0
                                    

Waktu adalah sebuah perasaan dalam hati. Waktuku dan waktumu berbeda untuk sekarang. Tapi tidak tau untuk ke depannya.
•••

Senja menatap Fajar tidak percaya, ia mengerjapkan matanya dengan mulut terbuka lebar, "hah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja menatap Fajar tidak percaya, ia mengerjapkan matanya dengan mulut terbuka lebar, "hah?"

Fajar menghela napas, ia menatap pemandangan di depannya, "gue cuman mau bilang apa yang lagi gue rasain, gak ada unsur pemaksaan atau apapun itu."

"Lo--"

"Maybe."

"Kok mungkin?!"

Fajar menatap Senja dengan intens, "karena gue gak pasti sama perasaan ini, gue belum yakin seratus persen. Tapi gue akan mayakinkan hati gue tentang perasaan ini. Gue harus mastiin semuanya. Apa gue hanya tertarik? Suka? Atau udah mulai cinta sama lo."

Senja mengerjapkan matanya, ia tidak tahu harus mengucapkan apa.

"Gue mohon, jangan menjauh."

Senja mengalihkan tatapannya ke arah lain, "gue... Gue turun dulu."

"Ja... Gue udah minta sama lo, jangan jauhin gue."

Senja menghela napas, ia menundukkan kepalanya, "gue gak jauhin lo, gue cuman butuh waktu sendiri." Ia melangkah dengan cepat meninggalkan Fajar yang berdiri mematung di rooftop.

Senja menuruni anak tangga seraya berlari, entah kenapa dadanya terasa sesak saat Fajar berkata jujur.

Ia terus berlari ke arah gerbang utama, melewati pos satpam yang sedang kosong. Dirinya berniat membolos sekolah pada hari ini.

Halte dekat sekolah yang kosong membuat Senja mengistirahatkan dirinya sebentar, ia duduk di halte tersebut. Menunggu angkutan umum yang akan membawanya ke rumah sakit.

Tak beberapa lama, angkutan yang ditunggu datang. Senja langsung menaiki angkutan tersebut dengan napas yang masih terengah-engah. Dirinya menyandarkan tubuhnya, memejamkan matanya sekilas.

Kata-kata Fajar di rooftop selalu terngiang-ngiang di kepalanya, setiap kata itu muncul dadanya selalu merasakan sesak entah karena apa.

Senja tidak marah pada Fajar, tidak sama sekali. Semua orang mempunyai hak untuk menyukai lawan jenis, termasuk Fajar yang memiliki hak untuk menyukai dirinya.

Tetapi Senja terlalu terkejut dan bingung saat Fajar mengungkapkan hal tersebut. Menurut Senja, terlalu cepat untuk Fajar mengungkapkannya. Pikiran negatif pun ada saat Fajar jujur, ia merasa jika Fajar dekat dengannya karena ada sesuatu.

"Kiri Pak."

Senja langsung turun dari angkutan umum, membayar ongkos yang sudah ditentukan oleh sopir. Ia melangkah memasuki rumah sakit yang setahun terakhir sering ia kunjungi.

Kakinya ia langkahkan di koridor rumah sakit yang nampak ramai, menunggu lift yang akan membawanya pada lantai lima. Saat lift terbuka, ia mengambil tempat di pojok lift. Menyandarkan tubuhnya seraya memejamkan matanya.

Cinta Dua WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang