NN - 12

212 8 0
                                    

Minggu, 8  Oktober 2006

Selama dua minggu Naura selalu mendapatkan peringatan untuk menjauhi Nathan dari seseorang yang sama sekali ia tidak kenal. Naura selalu mendapatkan surat dari salah satu siswi di sekolah. Setiap Naura tanya dari siapa? Dia selalu menjawab, enggak tau. Karena dia juga disuruh sama seseorang.

Saat Nuara mendapakan peringatan itu, disaat Naura sedang sendirian. Padahal Naura tidak mendekati Nathan. Buat apa Naura dekati Nathan? Nathan lah yang mendekati Naura, kan dia suka ngerjain Naura. Tapi, Naura belum cerita dengan Naya. Karena, ia merasa takut.

Akhir-akhir ini juga Nathan, Theo dan Samuel masih suka ngerjain Naura. Bahkan, Naya juga ikut dikerjain oleh mereka. Sepertinya mereka sudah tidak takut dengan Naya. Tapi, itu tidak setiap hari. Jika Nathan ingin ngerjain orang, ya pasti ia lakukan. Jika ia sedang tidak mood, semua murid merasa aman.

▪▪▪

09.30 WIB - Rumah Nathan

Saat ini Nathan sedang menonton tv di ruang keluarga. Sendirian. Rara pergi jalan-jalan dengan temannya. Nenek Anita berada di kamarnya. Theo dan Samuel? Entah kemana mereka.

"Hari minggu yang membosankan" ucap Nathan.

"Nathannn" panggil nenek Anita.

"Iya, nek?"

"Kesini dulu"

"Iya sebentar" ucap Nathan mematikan tv. Lalu, ia pergi ke kamar nenek Anita.

..

*Kamar Nenek*

"Kenapa nenek ku sayang?" tanya Nathan langsung tiduran di kasur.

"Daripada kamu sendirian di luar. Mending temenin nenek disini. Jomblo sih, jadinya sendirian terus" ucap Nenek

"Ini nenek ngeledek aku atau gimana?" tanya Nathan

"Enggak ngeledek. Udah ini pijitin kaki nenek"

"Iya iya" Nathan kembali duduk dan langsung memijat kaki neneknya.

"Kurang lebih udah 8 tahunan, orang tua mu gak berkunjung kesini" ucap Nenek sambil mengelus kepala Nathan

"Kalo perlu gak usah dateng lagi aja sekalian" ucap Nathan tiba-tiba kesal

"Lho kenapa?"

"Apa pantes mereka disebut orang tua kami? Dan apa pantes mama disebut anaknya nenek? Enggaakkk" ucap Nathan berhenti memijat.

"Kenapa?"

"Ya nenek pikir aja, mentang-mentang mereka udah punya keluarga baru, terus anak kandung mereka sendiri gak dipeduliin. Dan mama juga kan masih punya nenek. Seharusnya dia berkunjung kesini. Gak tau diri banget" ucap Nathan

"Eh kamu gak boleh ngomong gitu. Walaubagaimanapun mereka adalah orang tua kamu..."

"Iya mereka orang tua kami, jika mereka menganggap kami anaknya. Walaupun mereka sering ngirim uang ke kita, itu gak berpengaruh ke aku. Aku bisa kerja nyari uang sendiri. Yang aku butuhin adalah kasih sayang mereka sebagai orang tua kami. Terutama kasih sayang untuk Rara" ucap Nathan emosi. Nathan selalu emosi jika membahas tentang orang tuanya.

"Oke gak usah mikirin aku. Pikirin tentang Rara aja. Dia juga butuh kasih sayang orang tua. Tapi, enggak ada sedikit pun terlintas dipikiran mereka untuk menemui kita. Karena apa? Karena mereka udah bahagia sama suami dan anaknya masing-masing" ucap Nathan

"Kamu sabar, Nath. Udah udah jangan emosi. Tenangin diri kamu" ucap nenek.

"Gimana gak emosi, nek? Mereka tuh.... Arghhh udah lah aku males" ucap Nathan langsung pergi begitu saja.

ThanUra [BERSAMBUNG...]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang