Dira

117 5 0
                                    

"Lo kan yang ngasih ginian ke laci meja Dimas"

Seperti pertanyaan tapi ini lebih ke pernyataan. Yup! Dengan tampang songongnya Rio menuduh Mila, merasa bahwa tuduhannya seratus persen benar.

"E..e..eng..gak kok, bukan gue yang kasih" ucap Mila dengan gugup.

"Trus kenapa lo gugup gitu?" Rio memicingkan matanya, masih mencurigai Mila "udah lah jujur aja"

"Bukan gue beneran deh" Mila mencoba untuk menatap Rio sebentar lalu menunduk lagi.

"Udah deh yo, bukan dia juga. Gak usah gitu amat lah. Mil, lo boleh deh balik lagi. Maafin nih anak laknat ya" ucap Roy sambil melirik Rio.

"Iya, gue pergi dulu ya. Mau ke perpus" Mila langsung pergi menjauhi ketiga most wanted sekolah itu.

"Lo apa-apaan sih. Jadi kabur kan tuh anak" kesal Rio.

"Lo yang apa-apaan. Nuduh sembarangan aja. Kebiasaan tau gak."

"Eh, ada neng Fira tuh" Roy dan Dimas langsung melihat ke arah pintu setelah mendengar apa yang di ucapkan Rio.

"Fir" Rio memanggil Fira sambil mengayunkan tangannya, memanggil Fira untuk datang menemui nya, lebih tepatnya mereka bertiga.

Dimas mendelik tak suka pada Rio. Dia segera mengambil handphone nya dan memasang earphonenya. Satu-satu nya cara untuk menyueki Fira.

"Ngapain ke sini?" Tanya Rio pada Fira. Dan ya, perlu kalian tahu kalau Dimas mendengar apa yang di tanyakan Rio. Karena dia sama sekali tidak mendengar apapun. Hanya sekedar action, agar dia bisa menyueki Fira dan bisa mendengar apa yang mereka akan bicarakan. Uhh, Dimas kepo ya:v

"Oh ini, mau manggil kak Mila bang" ucap Dimas tersenyum dan melihat ke arah Dimas.

"Mau ngapain?" Tanya Roy

"Biasalah, lo kayak gak tau aja. Paling juga olimpiade" ucap Rio dan Roy hanya menganggukkan kepalanya.

"Kak Mila nya ada bang?" Tanya Fira.

"Oh, dia di perpus sih katanya tadi" ucap Roy.

"Emm, yaudah aku ke perpus dulu ya bang."pamit Fira, Rio dan Roy pun hanya mengangguk. "Bang Dim" Fira mencoba untuk pamit pada Dimas, tapi tidak dihiraukan olehnya.

"Dim, woi" Roy memanggil Dimas tapi tidak dihiraukan.

"Buset dah anak ini" Rio langsung menarik earphone Dimas.

"Apaan sih lo?!" Dimas menatap tidak suka pada Rio.

"Lo yang apa-apaan. Tuh Fira mau pamit" Rio melirik ke arah Fira.

"Pergi ya pergi aja. Repot amat" Dimas mau mengambil kembali earphone nya tapi dijauhkan oleh Rio.

"Lagian lo denger apaan sih, serius amat" Rio menempelkan earphone nya pada telinganya tapi dia tidak mendengar apapun.

"Loh ini kok..." Dimas langsung meng-injak kaki Rio.

Fira yang melihat kejadian itu mengeryit heran, benar-benar aneh~pikirnya.

"Yaudah bang. Fira mau ke perpus dulu ya" pamit Fira pada ketiganya.

Setelah kepergian Fira, Rio tertawa sekeras-kerasnya. Membuat orang-orang yang berada di kelas itu merasa terganggu.

"HAHAHAHA"

"Diem lo!" Kesal Dimas.

"Kenapa sih?" Roy yang tak mengerti apa yang terjadi hanya menatap bingung keduanya.

"Aduhh Dim Dim, kalau lo kepo gak gini juga kali. Ahahaha, memang lo ya, ada ada aja" Rio masih tidak berhenti tertawa.

"Apaan sih? Ada apa?" Kesal Roy, karena sedari tadi dia bertanya tetap tidak di hiraukan.

"Ini nih temen lo. Dia kepo sama pembicaraan kita sama Fira, sampe-sampe nih ya pake earphone tapi gak denger apapun. Hahaha"

"HAHAHA" oke sekarang tawa nya Roy lah yang paling keras, membuat Dimas mendelik tak suka.

"Diem lo pada!" Kesal Dimas.

"Aduhh bro, kalau lo emang pengen deket sama Fira. Yahh deketin dong, cemen banget sih lo, hahaha" Roy masih tak hentinya tertawa dan terus meledek Dimas.

Karena terus-terusan diledek, Dimas langsung keluar kelas menuju kantin. Berteman dengan mereka sungguh membuat darah tingginya naik, sampai-sampai dia berjalan tidak melihat-lihat dan menabruk seseorang dan membuat buku-bukunya berjatuhan.

"Aduhh" ringisan seseorang membuat Dimas menoleh ke arah orang tersebut.

"Eh bang Dimas, bantuin dong bang" ucap Fira sambil menjulurkan tangannya

Bukannya meraihnya, Dimas malah berucap ketus padanya.

"Masih bisa jalan kan? Berdiri sendiri lah" ketus Dimas tak lagi menoleh ke arah Fira, membuat Fira memanyunkan bibirnya.

"Gak bisa ini tuh sakit banget. Kan bang Dimas yang buat aku jatuh sampai-sampai kaki aku ketimpa banyak banget buku ini" Fira memijit-mijit kakinya yang ketimpa buku.

"Bangun sendiri gak usah manja" Dimas melangkah pergi, tapi baru 3 langkah dia mendengar suara ringisan lagi dari belakangnya. Ternyata Fira mencoba untuk bangun, tapi kembali jatuh.

Dimas jadi tidak enak, jangan-jangan kakinya benaran sakit karena ketimpa banyak buku gitu. Dia pun berbalik dan menjulurkan tangannya.

Fira yang bingung melihat ke atas. Karena lama mendapat respon membuat Dimas kesal.

"Buruan atau gue tinggal nih"

"Eh eh, jangan dong. Iya-iya bantuin nih"

Fira menerima uluran tangannya, setelah berdiri dia merasakan nyeri di kakinya, membuat dia kembali terduduk di lantai koridor.

Tindakan Fira membuat Dimas menaikkan sebelah alisnya. Fira yang mengerti kebingungan Dimas langsung menjelaskan.

"Kaki aku sakit banget bang. Gak bisa jalan" keluh Fira.

Mendengar penjelasan Fira membuat Dimas berjongkok membelakanginya, membuat Fira bingung.

"Ngapain?" Tanya Fira bingung.

"Naik"

"Hah?" Fira yang masih bingung kembali bertanya.

"Naik atau gue tinggal" ketus Dimas

Fira yang mendengar itu langsung menaiki punggung Dimas.

Dimas berdiri dan hendak melangkah. Tapi langsung berhenti setelah mendengar apa yang Fira katakan.

"Trus buku-bukunya gimana bang?"

"Eh lo" Dimas memanggil salah satu adik kelasnya. Karena kebetulan mereka berada di koridor depan kelas 11.

"Iya kak?" Tanya murid cowok itu.

"Bisa tolong bawain itu buku?"

"Kemana kak?" Pertanyaan itu membuat Dimas menoleh ke arah Fira. Fira yang mengerti pun langsung menjawab.

"X IPA 1 kak"

"Okay" cowok itu langsung menyusun buku-buku itu. Dimas pun langsung membawa Fira ke UKS.

Jangan ditanya lagi, apa yang dilakukan Dimas barusan tak luput dari pandangan siswi-siswi yang ada di sekitar mereka. Dan cibiran lah yang terdengar di telinga Dimas maupun Fira. Tapi keduanya seolah menutup kuping tidak perduli apa pun yang dikatakan mereka.

"Yaampun tuh cowok gue ngapain gendong-gendong cewek"

"Astaga? Itu Dimas?"

"Ganjen banget dah tuh cewek"

"Iss kecentilan banget sih"

"Pasti tuh cewek pura-pura deh, biar bisa digendongin gitu sama Dimas"

"Astaga Dimas, gue juga mau"

Dan yang lainnya

Mereka sampai ke depan pintu UKS. Tanpa pikir panjang Dimas langsung membuka pintu itu.

"Eh?"

Please Comeback To Me [End/Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang