Dira

103 7 0
                                    

Sebuah cerita hidup, tak ada yang menyangkanya, apa yang akan terjadi, dan bagaimana itu bisa terjadi.

***

Dimas
Gue datang ke tempatnya, tempat yang misahin antara gue dengan dia. Sudah bertahun-tahun gue gak kunjungin tempat ini.
Entahlah, gue yang childish, tapi gue masih belum bisa terima atas apa yang telah terjadi, gue belum bisa nerima kenyataan ini, kenyataan pahit yang buat hidup gue berubah.

Tercetak jelas nama Raka Aldira di papan itu. Papan yang menjadi tamparan buat gue kalau dia sudah tenang disana.

"Eh, kutil badak. Apa kabar lo? Sorry ya gue baru datang. Habisnya sibuk bener gue bro. Eh by the way jangan ledekin gue sok sibuk ya. Karena yang sekarang ada disini, bicara di papan nisan lo, bukan Dimas konyol yang lo kenal. Gue sadar gue udah berubah total Rak, maafin gue, gue..." gue gak sanggup lagi melanjutkan kata-kata gue. Semua terasa berat, air mata bercucuran dengan deras.

"Gue minta maaf, gue gagal Rak" gue terjatuh di pusarannya, menangis sejadi-jadinya. Sungguh, gue ngerasa rapuh banget kali ini, gue gak bisa lagi berpura-pura dengan apa yang gue rasain. Gue gak sanggup lagi dan gue pengen bilang sama semesta kalau gue nyerah.

Dan sepertinya, cuaca mendukung keadaan Dimas saat ini, awan kelabu diiringi air hujan. Semuanya tumpah bersamaan tumpahnya air mata Dimas.

Fira
Entah kenapa kayaknya saat ini, gue perlu cerita dengannya. Biasanya kalau keadaan kacau gini, gue nemuin dia dan gue bisa lebih baik lagi.

Mungkin ya, yang buat gue kacau gini karena gue rindu dia, karena udah dua bulan ini gue gak datang ke tempat ini.

Tepat saat gue sampai di parkiran dan sialnya hujan datang. Tapi mau gak mau gue harus tetap lanjutin rencana gue, karena jarak dari rumah ke tempat ini jauh, dan belum tentu gue ada waktu ke depannya buat ngunjungin tempat ini lagi mengingat banyaknya tugas sekolah.

Untung aja segala persiapan ada di mobil gue, pesan dia sebelum pergi untuk menyiapkan segala sesuatunya kalau hendak berpergian.

Gue ambil payung di jok belakang dan langsung keluar mobil. Menyusuri jalan yang sudah mulai berlumpur karena hujan, hingga gue sampai.

Tapi, siapa itu? Ditengah hujan gini ada yang datang ke tempat ini juga? Tapi kayaknya gue kenal sama orang itu.

Gue coba mendekat dengan perlahan, orang itu terlihat rapuh, seperti baru saja menyelesaikan pekerjaan berat. Gue dengar atas apa yang udah dia ucapkan, ucapan yang membuat air mata gue sukses turun dengan derasnya.

"Gue minta maaf, gue gagal Rak" suaranya, gue kenal suara ini, suara yang mampu buat gue gak berkutik sedikit pun selama beberapa detik.

"Bang Dim" gue peluk bang Dimas dari belakang, mencoba memberi kekuatan disaat dia sedang kacau dan mencoba memberi kehangatan saat dia sudah kuyup karena air hujan.

Meskipun gue juga kuyup, karena saat memeluk bang Dimas gue lempar payung yang gue kenakan tadi, bodoamat kemana perginya gue gak perduli.

Bang Dimas masih tetap pada posisinya, memeluk pusaran itu, tak bergerak sedikit pun, tapi suara tangisnya masih terdengar walaupun sedikit teredam oleh suara derasnya hujan.

"Bang Dim" sekali lagi, gue memanggil dengan suara lirih dan panggilan kali ini sukses membuat Dimas bangun dari posisinya.

Sungguh keadaan bang Dimas kali ini membuat gue ikutan sedih. Dimas yang gue lihat kali ini seperti bukan Dimas yang gue kenal sejak SMA ini bahkan dulu, saat semuanya masih baik-baik saja.

Please Comeback To Me [End/Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang