Dira

103 5 0
                                    

Fira berangkat ke sekolah dengan wajah yang lesu. Keadaannya benar-benar kacau, sangat memprihatinkan. Bagaimana dia akan belajar kalau seperti ini?

Fira melewati begitu saja Dave yang tersenyum, berdiri di depan kelas guna memperhatikan petugas piket hari ini.

"Fir" Dave yang bingung memanggil Fira.

Fira menoleh, tidak niat untuk menjawab dia hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Lo udah siap tugas mtk?" Tanya Dave basa-basi.

"Udah" dengan wajah yang datar Fira menjawab.

"Gue boleh lihat tugas lo?" Pertanyaan Dave membuat Fira menaikkan sebelah alisnya.

"Boleh gak Fir?" Dave yang melihat Fira tak kunjung menjawab kembali mengangkat suara.

"Lo belum siap? Tumben"

Dave hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sebenarnya dia sudah siap hanya saja kan dia tak tahu harus mencari topik bagaimana lagi untuk berbicara dengan Fira.

"Hehe iya" Dave hanya cengengesan

"Yaudah, nanti ambil di tas gue. Gue mau piket dulu" Fira masuk dengan meletakkan tasnya.

Baru saja dia akan beranjak dari tempat duduknya, langkahnya tertahan dengan suara Nadin.

"Kenapa lo?" Pertanyaan Nadin membuat Fira bingung.

"Muka lo lesu amat. Belum disetrika?" Nadin menaikkan sebelah alisnya.

"Apasih lo gak jelas banget. Udah ya gue mau piket"

"Udah sini dulu cerita. Lo ada masalah kan? Urusan piket ntar gue yang izinin lo ke Dave"

Perkataan Nadin membuat Fira menurut, karena kalau tidak bisa-bisa gendang telinga Fira akan pecah sepanjang hari ini karena ocehan Nadin.

Oh iya, author lupa kasih tahu. Kalau untuk kali ini Fira gak berangkat bareng Nadin, karena memang mood nya yang lagi gak baik.

"Kenapa lo?" Nadin mengawali saat Fira baru saja menjatuhkan tubuhnya ke kursi.

"Gak papa"

"Pertanyaan kenapa itu dibarengi sama karena bukannya gak papa"

"Kayak lo nya nggak aja"

"Gue serius Fir"

"Gak papa, gue keinget abang gue aja. Semalam dia hadir di mimpi gue."

"Kalau gini gue gak tau harus gimana. Gue cuman bisa bilang lo yang sabar aja" Nadin tersenyum tulus

"Eh, gimana lo sama bang Dimas?" Tanya Nadin mengalihkan pembicaraan. Karena Nadin tahu, cuman Dimas yang bisa merubah mood nya.

"Lumayan. Perlahan dia bisa nerima gue. Yah walaupun masih ada juteknya"

"Berjuang lagi Fir, pasti bisa kok"

"Yoi"

Tepat saat mereka membicarakan Dimas, Dimas lewat dari depan kelas Fira.

"Eh itu bang Dimas lewat, samperin sana"

"Siappp" Fira langsung mengambil roti dan air mineral yang sudah dia sediakan dari tas nya dan langsung keluar menemui Dimas.

"Bang Dim" panggilan Fira membuat Dimas menoleh ke belakang dan dia menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya "apa?"

Fira langsung berlari ke arah Dimas dan menyerahkan roti dan air mineralnya.

Lagi-lagi Dimas dibuat bingung oleh Fira.

"Ini buat abang. Abang pasti gak bawa air kan ke sekolah?"

"Bawa"

"Mana?" Fira gak yakin dengan jawaban Dimas, karena yang Fira tahu Dimas tidak pernah membawa minum ke sekolah.

"Di tas"

"Coba lihat sini" Fira mau mengambil alih tas Dimas tapi langsung di tahan olehnya.

"Iya-iya gue gak bawa"

"Sejak kapan abang jadi pembohong? Mau aku kasih tahu bunda?" Ucapan Fira membuat Dimas menghela nafasnya.

"Yaudah sini" Dimas mengambil alih kantong kresek dari tangan Fira.

Fira tersenyum, meskipun Dimas masih sedikit jutek dengannya tapi setidaknya Dimas sudah melunak dan mau kembali menerima Fira.

Dan sepertinya Fira yang dulu akan segera kembali.

Dimas
Gue bawa kantong kresek yang Fira tadi kasih ke gue. Sebenarnya sih gue agak kesal, dari dulu tuh ya ancaman nya gak pernah ganti, pasti selalu "nanti gue kasih tahu bunda ya."

Gue sampai di kelas dengan tatapan Roy dan Rio yang menuju ke tangan gue.

"Apaan tuh Dim?" Tanya Roy memulai pembicaraan.

"Bukan apa-apa" langsung gue sembunyiin kantong kresek tadi, karena kalau gak disembunyiin yang ada Roy dan Rio yang habisin. Eh, tapi kan cuman air mineral doang, mana mau mereka. But ya, yaudah lah. Ntar, gue ketahuan lagi nerima barang dari Fira yang ujung-ujungnya pasti gue di pojokin.

"Aelah, punya makanan pelit amat lo. Sama temen sendiri juga" Rio berceletuk. Gue geleng-geleng kepala doang ngelihat kelakuan Rio.

"Yo, toilet kuy"

"Ah, males gue, lo sendiri sana"

"Elah sama saudara sendiri, ayo buruan" Roy langsung menarik tangan Rio sampai dia hampir jatuh.

"Kampret lo, mau jatuh nih gue"

"Makanya buruan"

"Iya-iya sabar."

"Eh, lo berdua mau kemana? Gue titip roti dong, belum sarapan nih" gue yang daritadi hanya diam dengerin perdebatan konyol mereka angkat suara.

"Yah mau ke toilet Dim, kan kantin sana toilet beda arah. Kantin di ujung, toilet di ujung"

"Hmm yaudah lah, ntar aja gue ke kantin sendiri"

"Oh okay"

Selepas kepergian Roy dan Rio gue buka kantong kresek yang dari pemberian Fira tadi.

"Lah? Ada rotinya juga? Kirain cuma air mineral"

"Tau aja nih anak gue belum sarapan" Dimas tersenyum dan membuka roti itu dan langsung  memakannya.

Satu hal yang baru gue sadari, ternyata Fira masih ingat apa yang gue suka. Dia masih perduli.

Mungkin secara perlahan Dimas akan membuka hatinya untuk kembali menerima Fira. Mungkin, secara perlahan. Suatu saat nanti.

Please Comeback To Me [End/Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang