"Namanya Mila"
Dimas langsung terdiam "Mi...Mila??"
"Kenapa Dim? Lo pernah ada masalah sama dia? Lo gak pernah cerita tentang si Mila Mila ini" tanya Roy yang merasa bingung.
"Nggak ada, gue gak pernah punya masalah sama dia. Tapi perasaan gue gak enak" ucap Dimas yang membuat semua yang ada disitu menaikkan sebelah alisnya, menunggu kalimat Dimas.
"Dia dulu sahabatnya Fira, tapi setelah kematian Raka dia juga ikutan ngilang, itu dulu salah satu yang buat Fira ngerasa gak berguna dan yang buat seorang Fira manja dan manis jadi dingin. Terus tiba-tiba sekarang, setelah bertahun-tahun lamanya dia datang, dan kedatangan dia buat Fira jauhin gue." Dimas melirik ke arah Nadin "Nad lo tau sesuatu tentang hal ini kan?"
Nadin menghela nafasnya lagi. Sorry Fir, gue gak bisa pegang janji gue sama lo, Nadin membatin. "Sebenarnya Fira pesan ke gue jangan kasih tau ke lo bang. Dia bilang, saat dia udah siap, Fira sendiri yang minta penjelasan ke lo"
"Dan gue harus nunggu kayak orang gak waras, trus secara gak langsung gue biarin Fira pergi dari gue, gitu?!" Dimas menatap sinis Nadin. Roy bahkan Rio yang biasanya mampu memecah ketegangan seperti ini bahkan memilih diam, mereka sudah paham, apa tugas mereka kenapa Nadin mengajak mereka juga.
Nadin memutar bola matanya malas "udah gue bilang dengerin gue ngomong dulu jangan dipotong. Fira memang ngomong gitu ke gue, tapi setelah gue denger penjelasan lo. Kayak nya disini ada salah paham. Lo kayak gak tau apapun tentang ini, gue bingung." Nadin menghela nafasnya, ini lah kenapa Nadin selalu mengomeli Fira, Fira selalu bertindak saat dia emosi. "Karena gue kasihan sama lo, liat keadaan lo kayak gini, biar permasalahan ini juga cepat selesai. Gue yakin Fira juga nangis kenceng disana. So, gue bakal kasih tau lo semuanya.
Nadin menjelaskan semuanya, tanpa dikurangi dan tanpa ditambahi. Urutan yang pas seperti yang Fira ceritakan sebelum Fira pergi.
"Fira juga nitip ini ke gue. Awalnya dia bilang, jangan kasih tau siapapun. Termasuk lo bang. Tapi dia tau, lo bakalan sadar kalau Fira udah pergi, gak ada disisi lo lagi. Jadi dia minta gue nyerahin ini saat lo nuntut penjelasan ke gue, tanpa ngejelasin hal-hal yang tadi."
Dimas membuka surat yang diberikan Nadin, hatinya sakit, seperti tertancap sebuah pisau, ditusuk-tusuk ribuan pedang. Dimas sesak. Apa-apaan ini?
To: Bang Dimas
Bang Dim, aku gak tau ini akan terjadi, aku hanya mencoba menjalani kehidupan sesuai alurnya. Fira gak marah, hanya saja Fira kecewa. Kecewa kenapa Fira dulu harus mempertahankan dan membuat bang Dimas jatuh cinta sama Fira? Semua nya jadi rumit.
Fira mohon, jangan cari Fira lagi. Temuin kebahagiaan bang Dimas. Fira juga lagi mencari kebahagiaan Fira.
See you next time, saat Fira sudah sanggup menghadapi bang Dimas.
Dari orang yang sudah jauh darimu,
Fira
Dimas menyimpan surat dari Fira, dia segera mengambil jaket, dompet, serta kuncil motornya dan pergi dari sana, meninggalkan Roy, Rio, dan Nadin.
Roy hendak mengejar Dimas tapi ditahan oleh Nadin "biar dia tenangin diri dulu"
"Tapi aku khawatir Nad"
"Gak ada yang perlu di khawatirkan, dia simpan surat dari Fira, itu tandanya dia masih mau ketemu Fira. Dia gak akan ngelakuin hal bodoh, percaya sama Nadin" Roy mengangguk "maafin Nadin, karena Nadin bang Dimas jadi kayak gini. Nadin udah bohong" sesal Nadin.
"Hey, it's okay. Ini bukan kemauan kamu kan? Fira yang minta" Nadin ngangguk.
***
Dimas melajukan motornya dengan kecepatan yang bisa dibilang 'GILA'. Dia pergi ke bandara. Meskipun Dimas tahu, kalau Fira sudah berangkat entah kemana, tapi dia ingin merasakan dan membayangkan saat Fira mendorong kopernya. Sakit memang, tapi tidak apa, ini adalah sesuatu yang harus dirasakan Dimas sakitnya, sebelum saatnya nanti Dimas menjemput Fira.
Dimas berjalan acak di sekitaran bandara, kakinya hanya melangkah tanpa tujuan. Pikirannya kacau, hati nya porak-poranda. Jiwanya hancur. Kebahagiaannya memilih untuk pergi darinya. Tanpa meminta penjelasan atas semua ini. Bahkan untuk mengucapkan selamat tinggal pun Fira enggan melakukannya secara langsung, hanya melalui sebuah surat yang jika diterbangkan angin pun bisa dengan mudahnya menghilang.
Hingga seseorang memegang pundaknya, Dimas tersentak, tentu saja dia kaget. Segala macam pikiran berkelana dibenaknya.
Apa itu Fira?
Fira belum pergi?
Fira kembali padanya?
Tapi saat Dimas berbalik, pundaknya merosot. Semuanya di luar ekspektasi. Seorang petugas laki-laki di bandara.
"Mas Dimas?"
Dimas menaikkan alisnya bingung, tau dari mana orang ini nama Dimas?
"Eh iya, ada apa ya mas?" Tanya Dimas bingung.
"Ini ada surat, dititipin buat mas Dimas" jawab petugas itu disertai senyuman ramahnya.
"Surat? Buat saya? Dari siapa?" Tanya Dimas lagi mengambil surat itu.
"Saya gak tau namanya mas. Yang pasti yang nitipin mbak-mbak"
"Oh begitu, terimakasih mas" Dimas tersenyum sopan.
"Baik mas, saya pergi dulu" kata petugas itu meninggalkan Dimas dengan segala kebingungannya.
Dimas membuka surat itu. Lagi dan lagi, dadanya sesak.
To: bang Dimas
Saat bang Dimas baca surat ini, aku udah gak ada lagi di samping bang Dimas. Gak bisa lagi lihat senyum bang Dimas. Gak bisa lagi ngerasain perhatiannya bang Dimas.
Aku sayang sama bang Dimas, bahkan sampai saat ini, saat aku memutuskan untuk pergi. Tapi kita udah gak bisa bang. Aku rasa cukup sampai disini saja.
Sekarang aku lagi berjuang dengan kebahagiaanku dan aku harap bang Dimas juga begitu.
Aku cuma mau pesan, selesaikan kuliahnya bang Dimas ya? Jangan sampai fokusnya teralihkan lagi. Kan sekarang Fira udah gak ada lagi di samping bang Dimas, itu berarti gak ada lagi yang mampu alihkan fokusnya bang Dimas kan?
Tapi jangan lupain makan juga bang. Jangan sampai sakit. Terima kasih untuk semuanya. Dan sampai jumpa saat kita sudah menemukan kebahagiaan kita masing-masing.
From:
Fira
"Gimana bisa aku lupain kamu, kalau saat-saat seperti ini pun kamu masih perhatian Fir?"
Dimas menangis. Sungguh siapapun yang melihat ini akan merasa bingung. Seorang Dimas menangis? Hanya karena seorang wanita?
Tubuh Dimas merosot, tubuhnya terduduk di lantai bandara, dia menangis tanpa mengeluarkan suara, tapi tubuhnya berguncang, menandakan dia sangat sakit saat ini.
Semua menatap Dimas, ada yang menatap dengan tatapan kasihan, aneh, dan bingung. Tapi Dimas tidak pedulikan itu semua.
Yang Dimas mau saat ini hanyalah Fira. Firanya. Dia butuh Fira untuk menenangkannya.
Dimas jadi teringat saat Fira berjanji untuk tidak pernah meninggalkannya. Fira sudah melanggar janjinya, tapi anehnya Dimas tidak bisa marah dengan Fira.
***
Yaaa, semakin mendekat ke ending. Ada yang sudah siap? Siap untuk melepas Dimas dan Fira atau siap untuk menerima cerita baru? Hehehe
Semoga kalian suka teman-teman
Oh iya, btw maafin kalau typo bertebaran ya, mager perbaiki. Nanti deh kalau sudah end, biar sekalian saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Comeback To Me [End/Selesai]
Teen FictionTerkadang perubahan seseorang membuat kita menjadi lebih dewasa. Tapi ada dua kemungkinan konsekuensi yang akan kita terima, baik dan buruknya. Baiknya, kita dapat kembali lagi bersama-sama dengannya. Dan buruknya, kita akan kehilangannya. #2 in tee...