"Biarkan kenangan tetap menjadi kenangan. Terbungkus halus pada sebuah rindu yang akan membelenggu. Ciptakan kenangan itu sebanyak mungkin, sebagai bukti pada sang semesta kalau kita pernah melakukan hal menyenangkan bersama-sama"
-Please Comeback To Me
Saat ini ketiga pemuda ini sedang menghabiskan waktu bersama. Menciptakan kenangan sebanyak mungkin, hingga suatu saat nanti masing-masing dari mereka memilih saling meninggalkan, bukan karena keinginan namun sebuah keharusan.
Menghabiskan waktu hampir tiga tahun bersama, bukan waktu yang lama memang, karena pada dasarnya tak akan ada waktu yang cukup untuk memperoleh kebahagiaan.
Masing-masing dari mereka memilih untuk menghabiskan waktu dengan bermain ps bersama.
Sering sekali terdengar suara tawa renyah dari ketiganya. Sebenarnya sedari tadi yang bermain hanya Dimas dan Roy, sementara Rio dibiarkan untuk menonton mereka bermain.
"Yo, ambilin minum dong, haus gue" Ucap Roy tanpa mengalihkan fokusnya dari layar di depannya.
"Lah, gue kapan mainnya?" Tanya Rio kesal, sedari tadi dia hanya diizinkan untuk menonton saja.
"Entaran, ambil dulu minumnya"
"Iya, iya ngeselin lo pada" ucap Rio berjalan ke arah dapur dan membuat tiga minuman untuk mereka, dan mengambil beberapa camilan sebagai pendamping. Setelah itu dia langsung kembali ke kamar. (Oh iya, lupa bilang, mereka main ps nya di rumah si kembar, Roy dan Rio).
Rio membelalakkan matanya saat sampai di ambang pintu kamar, sungguh apa yang dilihatnya ini membuat hasratnya untuk menyiram kedua orang laknat di depannya ini semakin bertambah.
Rio meletakkan minuman dan beberapa camilan yang tadi dibawanya ke atas nakas dengan kasar, membuat Dimas dan Roy yang sedang santai rebahan di atas tempat tidur terlonjak kaget dan segera duduk melihat Rio dengan tatapan nyalangnya.
"Apaan?" Tanya Dimas datar.
"Apaan, apaan. Jahat ya lo berdua, main selesai gitu aja, gue belum ada main. Mana dimatiin lagi ps nya"
Roy terkekeh kecil melihat saudara kembarnya ini yang menggerutu, dia baru menyadari kalau saudara kembarnya ini sedikit menggemaskan jika bertingkah seperti anak kecil begitu.
"Lo jangan kayak anak kecil gitu, susah nanti gue buat ninggalin lo" ucapan Roy disertai kekehan kecilnya.
Rio menatap nyalang ke arah Roy, sementara Dimas menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, tapi ada tatapan kekesalan disitu.
"Gue gak suka lo ngomong gitu!" Tegas Dimas.
"Haha iya-iya bercanda gue"
"Bercandaan lo gak lucu. Lagian udah gak ada apa-apa. Lo bakal baik-baik aja" ucap Rio datar, sementara Roy masih setia dengan kekehan kecilnya. Dia bersyukur mempunyai saudara kembar yang mempunyai otak minim tapi ketulusan yang begitu besar, juga dengan mengenal Dimas yang selalu ada saat dia butuh sebuah topangan.
"Nadin tau?"
Pertanyaan Dimas membuat Roy menggelengkan kepalanya "seperti apa yang dibilang Rio tadi. Udah gak ada apa-apa, gue bakal baik-baik aja. Dia gak perlu tau ini"
"Tapi sebuah hubungan harus ada kejujuran, Roy" ucap Rio yang kali ini bijak.
"Haha, kata siapa gue punya hubungan sama Nadin?"
"Mau lo tutupin kayak gimana pun, kita-kita juga bakal tau. Ya gak Dim?" Dimas menganggukan kepalanya, setuju dengan ucapan Rio.
"Kan udah gue bilang bakalan segera berlalu, yaudah sih daripada bahas yang lalu, mending bahas masa depan sama dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Comeback To Me [End/Selesai]
JugendliteraturTerkadang perubahan seseorang membuat kita menjadi lebih dewasa. Tapi ada dua kemungkinan konsekuensi yang akan kita terima, baik dan buruknya. Baiknya, kita dapat kembali lagi bersama-sama dengannya. Dan buruknya, kita akan kehilangannya. #2 in tee...